Lihat ke Halaman Asli

(Merasa) Benar Karena Biasa, Biasa Melakukan Kesalahan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dipersembahkan untuk seorang mbak berjilbab, pengendara motor mio, pelanggar lalu lintas yang menganggap dirinya benar.

Here it is

Kamis lalu, setelah buka puasa bersama HIPMI Jaya, gue menyempatkan diri bersilaturahmi bersama teman-teman SMP 236 Jakarta. Berhubung waktu buka puasa bersama nggak bisa hadir - atau tepatnya lupa dateng (duh maaf teman2), akhirnya gue bela-belain deh dateng ke futsal city raden inten, jakarta.

Dari pacific place, stasiun manggarai, akhirnya sampai di stasiun cakung tempat gue menitipkan motor. Keluar dari stasiun kemudian jalan kearah pondok kopi menyebrangi rel

Sore itu sekitar jam 8 malam, situasi lalu lintas masih tersendat. Kemacetan sepanjang 10-15 mobil sebelum palang kereta api pun terlihat. gue berjalan dengan perlahan di kanan jalan.

Namun terlihat rombongan pelanggar lalu lintas yang melawan arah disana. Mencoba menerobos meski sudah tahu macet dan sulit untuk lewat. Ya, jalur ini memang seringkali diterobos oleh mereka yang tidak mau memutar jauh. Para pengendara motor ini rela mempertaruhkan harga diri dan keselamatannya untuk jarak putar 100 meter. Kebiasaan, menjadi jalur yang biasa untuk diterobos. Yasudahlah, sudah biasa.

Yang pernah merasakan boncengan motor gue pasti tau gimana gue memperlakukan mereka. No exception, minggir! Gue ada di jalan yang benar dan akan lurus aja tanpa peduli ada mereka. kalo lo mau lewat, ambil trotoar atau bahu jalan. Tradisi keras bawaan bokap gini nih. Jadi polisi dadakan.

Lha kok dilalah ditengah motor yang gue 'tertibkan', ada seorang mbak mbak berusia 20an tahun, tetep ngeyel nggak mau minggir. Mungkin takut masuk bahu jalan, tapi nggak takut mati ngelawan arus

Gue pun keukeuh. Berhenti didepannya, melepas helm, kemudian tersenyum.

Tiba tiba

Mbak berjilbab tersebut keki. Dia nyuruh gue minggir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline