Lihat ke Halaman Asli

aditya rahman

Mahasiswa

KKN Kolaboratif 150 Terjun dalam Kentalnya Pendidikan di Desa Kemuningsari Lor

Diperbarui: 6 Agustus 2023   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Terlahir sebagai penduduk Desa Kemuningsari Lor membawa kesyukuran tersendiri. Lingkungan tentram dan agamis menciptakan iklim pendidikan yang komplit dan menyenangkan. Sematan kota santri dapat tergambar disini. Lembaga pendidikan sengaja dirancang dan diadakan dengan berbagai versi untuk dapat memenuhi setiap kebutuhan. Sekolah negeri, madrasah, madrasah diniyah (madin), TPQ (Taman Pendidikan al-Quran), Yayasan Quran hingga pondok pesantren dengan mudah dapat dijumpai. Sekolah formal berupa sekolah negeri atau madrasah, tetap terlaksana dengan baik, di samping adanya program-program lainnya.
Telah menjadi kebiasaan orang tua di desa Kemuningsari Lor untuk mengikut sertakan anak-anak mereka dalam program madin, TPQ atau Yayasan Quran. 

Program-program tersebut berlangsung di luar jam sekolah. Hal ini untuk menyeimbangkan dengan jam sekolah formal. Program TPQ terdiri dari 3 waktu. Yaitu pagi untuk anak usia dini, tepatnya pukul 7 hingga 8, siang (pukul 12.30 hingga 14.00) sebagai pendamping madin dan TPQ malam (setelah maghrib hingga isya) disediakan untuk yang membutuhkan waktu malam.

Tidak kalah menarik juga yakni dengan adanya madin (madrasah diniyah) dengan konsep yang tidak dapat ditemukan di berbagai desa lainnya. Madin merupakan perpaduan yang tepat untuk mengasah kemampuan selayaknya pondok pesantren dengan tidak perlu bermalam dalam satu tempat. Pelajaran dalam madin antara lain tauhid, fiqih, bahasa arab, tarikh (sejarah), akhlaq, tajwid, hadits, nahwu-irob dan sharaf-iklal. Madin disusun dalam beberapa kelas yaitu shifir A dan B dilanjutkan dengan 1-6 tingkatan berikutnya. Sehingga total pendidikan adalah kurang lebih 8 tahun. Tahapan masuk madin ialah melalui tes. Namun pada tingkatan shifir dapat terlompati sesuai hasil tes, dengan begitu masa pendidikan juga berkurang. Program madin ini dilaksanakan pada pukul 2 hingga 4 sore.

Madrasah diniyah (madin) bukan hanya sekedar TPQ yang sering dijumpai. TPQ merupakan program berbeda di desa Kemuningsari Lor atau sudah terlepas dari madin. Madin disini terkonsep rapi dengan tujuan dapat mencetak peserta didik setara dengan lulusan pesantren. Terbukti, bukan hanya pandai tartil quran, tetapi anak setingkat kelas 3 sd sudah bisa membaca kitab gundul dan memahami berbagai ilmu agama lainnya. Sesuatu yang jarang sekali dimiliki oleh desa lainnya.
Selaras pula dengan mahasiswa KKN Kolaborasi kelompok 150, yang bertempat di desa Kemuningsari Lor, juga ikut merasakan suasana damai dan agamis. 

Dimulai dari semaraknya penyambutan tahun baru Islam yang terasa kompak dan kekeluargaan, tasyakuran bersama, ziarah haji, muslimatan dan kegiatan keagamaan lainnya. Para mahasiswa ini juga terjun dalam komplitnya pendidikan di desa, siap turun tangan dan saling bersinergi dengan lembaga terkait, di samping ikut serta dalam kegiatan keagamaan yang telah disebut tadi.

Mahasiswa KKN Kolaborasi kelompok 150 dalam hal membersamai gencarnya pendidikan di desa Kemuningsari Lor, secara bersama mendampingi kegiatan belajar yaitu di Kelompok Bermain (KB) al-Kawtsar. Seperti yang telah disebutkan bahwa komplitnya pendidikan telah dimulai dari anak usia dini. KB al-Kawtsar diisi oleh anak usia 3-4 tahun. Para anak ini tidak sekedar belajar membaca atau bermain. Namun, sebelum itu juga mengikuti TPQ pada jam pagi (pukul 7-8). Kesempatan yang membahagiakan untuk para mahasiswa KKN Kolaborasi Kelompok 150 untuk dapat mendampingi adik-adik KB al-Kawtsar dalam belajar, mengaji dan bermain. Permulaan TPQ untuk usia dini, menjadi batu lompatan, sehingga para anak paud dapat lebih awal dalam mahir membaca Quran dibanding anak di desa lainnya.

Beragam kegiatan tidak menghalangi anak-anak desa Kemuningsari Lor untuk bermain. Dari pagi yang telah sibuk kegiatan sekolah formal, lalu diikuti madrasah diniyah, TPQ atau yayasan Quran tertata rapi dan telah menjadi makanan sehari-hari anak desa ini. Semangat yang telah terbentuk menjauhkan anak-anak dari tertinggalnya untuk belajar. Anak-anak ini telah siap menyisihkan waktu, disamping kentalnya pendidikan yang harus mereka emban. 

Hal ini mendorong mahasiswa KKN Kolaborasi Kelompok 150 untuk membantu menyelesaikan tugas sekolah di rumah. Mahasiswa KKN Kolaborasi kelompok 150, siap menyalurkan sedikit ilmu dan pengalaman di setiap malam untuk mendampingi anak-anak desa belajar. Keadaan malam hari ini dimanfaatkan karena semua jadwal program-program pendidikan berakhir di waktu isya. Bimbingan belajar ini dengan senang dipersembahkan oleh KKN Kolaborasi kelompok 150 untuk membantu dan memberi semangat lebih atau bahkan menstimulus anak-anak desa untuk tetap semangat belajar hingga bisa mencapai perguruan tinggi.

 
Demikian artikel ini, penulis buat agar dapat memberi ide dan manfaat untuk para pembaca, khususnya untuk desa lain.
 
Sumber:
 
Primer : wawancara dengan bu Holifah (Kepala Sekolah KB al-Kawtsar, sekaligus guru madin dan TPQ)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline