Bu vira adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami dan ke 5 anaknya. Bu vira yang berumur 43 tahun berprofesi sebagai seorang pengrajin topi caping sementara suami bu Vira bekerja sebagai seorang pedagang lepas. Bu Vira memiliki 3 orang anak yang masih bersekolah di sekolah dasar, 2 orang anak yang bersekolah pada jenjang sekolah menengah pertama, 1 orang anak yang bersekolah pada jenjang sekolah menengah atas , dan 1 anaknya telah lulus dari sekolah menengah atas.
Pekerjaan yang ditekuni oleh bu Vira memiliki penghasilan sebesar 1,2 juta rupiah per bulannya, tergantung berapa banyak topi caping yang dihasilkan. Rata rata bu vira mampu menghasilkan sebanyak 80 – 100 topi caping seminggunya. Bu vira menjual topi capingnya pada distributor dengan harga jual 20 buahnya sebesar 140 ribu rupiah. Sementara bu Vira menuturkan bahwa suaminya memiliki gaji sebesar 2 juta rupiah per bulannya. Anak bu vira yang telah lulus sekolah menengah atas bekerja serabutan mengikuti tantenya. Alokasi keuangan Bu Vira digunakan untuk kebutuhan sehari hari keluarganya dan untuk sekolah anak anaknya. Apabila terdapat anggota keluarga yang sakit, bu Vira lebih memilih menggunakan Puskesmas karena dekat dengan rumahnya.
Keluarga bu vira tinggal di sebuah rumah berukuran 8 x 6 meter yang terletak tepat diatas Sungai Kapuas. Rumah yang terletak pada kecamatan Pontianak Tenggara, desa Bansir Laut RT 3/ RW 4 didirikan pada sebuah tanah yang menumpang pada orang lain. Namun, Rumah yang didirikan diatas tanah tersebut adalah murni uang dari keluarga bu Vira sendiri. Rumah bu vira memiliki 1 kamar tidur, 1 dapur, 1 ruang Tengah untuk aktifitas sehari hari, dan 1 WC. Rumah bu Vira memiliki Dinding depan yang terbuat dari tembok dan dinding belakang terbuat dari kayu. Lantai rumah bu Vira sepenuhnya terbuat dari kayu dan atap rumah bu Vira sepenuhnya adalah seng.
Keluarga bu Vira menggunakan air yang berasal dari PAM sebagai air minum sehari hari. Namun, apabila terjadi kemarau berkepanjangan keluarga bu Vira akan membeli galon isi ulang untuk sumber air minum. Sementara, untuk mandi dan mencuci keluarga bu Vira menggunakan air Sungai karena rumah bu Vira terletak di depan Sungai Kapuas. Penerangan pada rumah bu vira menggunakan Listrik dengan kekuatan 450 watt. Listrik bu Vira menggunakan token Dimana sebulannya harus membayar 50 ribu rupiah untuk voucher Listrik. Untuk memasak sehari hari keluarga bu Vira menggunakan tabung gas 30 kg bersubsidi. Bu vira memiliki 2 buah motor yang telah dibayar lunas, sebuah televisi tabung, sebuah kulkas, dan sebuah rice cooker.
Keluarga Bu Vira tinggal di lingkungan yang sangat padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya relatif sangat dekat kurang dari 1 meter. Jarak rumah yang berdekatan ini membuat lingkugan tempat tinggal Bu Vira sangat rentan apabila terjadi suatu bencana seperti kebakaran atau rumah roboh. Kondisi rumah yang didirikan di atas Sungai Kapuas dengan tiang hanya berupa kayu penyangga juga membuat rumah Bu Vira sangat rentan roboh terkena ombak kuat yang menerjang serta pengikisan tanah.
Di lingkungan Bu Vira terdapat sebuah Puskesmas yang biasa digunakan masyarakat sebagai tempat berobat. Terdapat juga beberapa sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas. Lokasi pasar tempat dari lingkungan Bu Vira tergolong jauh karena harus menempuh perjalanan sejauh 4 km. Namun, terdapat sebuah warung yang menjual berbagai sayuran dan bahan pokok lainnya sehingga keluarga Bu Vira mendapatkan bahan makanan sehari hari melalui warung tersebut.
Lingkungan sosial di sekitaran Bu Vira diisi oleh masyarakat yang telah lanjut usia. Usia rata rata masyarakat sekitar adalah 40-70 tahun. Banyak dari mereka yang berjenis kelamin Perempuan bekerja sebagai pengarjin topi caping. Namun, ada juga yang membuka bisnis seperti warung atau tempat makan.
Saat kami temui, bu Vira sedang mencuci pakaian di tepi Sungai Kapuas. Beliau bertanya pada kami apa tujuan kami berada di tempat tersebut. Setelah kami menjelaskan mengenai tugas wawancara mengenai bantuan sosial, bu Vira sangat tertarik kerena ia memiliki bansos berjenis PKH yang belum dibayarkan oleh pemerintah selama 3 bulan. Bu Vira meminta kami yang menurutnya lebih paham mengenai internet untuk melakukan pengecekan terhadap bantuan sosial yang ia terima. Saat dilakukan pengecekan, bantuan sosial bu Vira telah berubah dari yang semula berupa uang PKH sebesar 700.000 rupiah menjadi bantuan sosial berupa BPNT berupa sembako. Saat kami amati lebih dalam, kemungkinan perubahan jenis bantuan ini dikarenakan anak bu Vira yang telah lulus dari jenjang sekolah menengah atas.
(Wawancara dilakukan pada 25 Februari 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H