Lihat ke Halaman Asli

Aditya Prahara

TERVERIFIKASI

Lingkaran Solidaritas Unair Peringati Hari Perempuan Internasional

Diperbarui: 8 Maret 2016   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Aksi Teatrikal oleh kawan-kawan Liso dan LAMRI Surabaya menggambarkan perempuan masih kerap kali dibatasi hak-haknya, 8/3/2016 (dokpri)"][/caption]Hari ini, Selasa, 8 Maret 2016, seluruh dunia memperingati International Women’s Day atau dikenal pula sebagai International Working Women’s Day. Dalam bahasa Indonesia peringatan ini biasa diterjemahkan sebagai Hari Perempuan Internasional.

Di Universitas Airlangga, para mahasiswa yang tergabung dalam Lingkaran Solidaritas (Liso) memperingati Hari Perempuan Internasional dengan acara pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan teatrikal yang bertajuk “PER(T)EMPU(R)AN: KAMI MANUSIA”. Acara ini diselenggarakan di Kantin Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga, pada pukul 13.00 WIB.

Acara ini juga dihadiri oleh beberapa organisasi mahasiswa, diantaranya adalah LAMRI, GMNI, Rakapare, Tenda Buku, dan ISBS.

Ketua Panitia acara ini, Diah Rizki, mengatakan bahwa acara ini diselenggerakan untuk mengingatkan kembali sejarah perempuan di dunia.

“Panggung budaya di sini, juga sebagai tempat berekspresi para mahasiswa. Acara ini juga untuk mengingatkan kembali bahwa perjuangan perempuan ini belum selesai. Perjuangan perempuan tidak berhenti hanya sampai kami bisa kuliah atau bekerja di perkantoran atau bahkan menjadi anggota DPR maupun Presiden,” kata perempuan yang berusia 21 tahun tepat pada Hari Perempuan Internasional ini.

“Acara ini ditujukan untuk penyadaran massa dan melihat respon mahasiswa tentang International Women’s Day. Kami juga ingin melihat, sebagai mahasiswi sudah sejauh mana kita ini berjuang dan bergerak,” ujar mahasiswi jurusan D3 Bahasa Inggris Univesitas Airlangga ini.

“Kami mengajak para mahasiswa di sini untuk sadar bahwa perempuan mempunyai peranan penting bagi bangsa. Kesadaran massa itu penting bahwa perempuan ini berada dalam posisi yang setara dan memiliki hak yang setara dengan kaum laki-laki. Respon mahasiswa di sini sejauh ini positif,” pungkas Diah.

Sejarah Hari Perempuan Internasional ini sendiri berawal dari kaum perempuan sedunia yang berjuang menuntut hak-haknya di tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan ekspolitasi perempuan di abad 20. Kaum buruh garmen dari industri pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857, di New York. Kaum buruh garmen memprotes kondisi kerja yang buruk dan tingkat gaji yang rendah, akan tetapi mereka diserang dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian. Peristiwa ini pun melahirkan gerakan dan solidaritas perempuan sedunia.

Di Indonesia sendiri, jasa para perempuan juga sangat berharga bagi kemerdekaan Indonesia sendiri. Di ujung barat, kita akan menjumpai Cut Nyak Dien dari Atjeh yang berjuang melawan kolonialisme Belanda. Ada juga RA. Kartini dan Dewi Sartika memperjuangkan emansipasi wanita bahwa perempuan tak harus selalu berkecimpung di dapur. Di era Orde Baru, kita juga melihat realitas terbunuh Marsinah, seorang buruh perempuan yang berjuang untuk kenaikan upah dan hak-hak normatif buruh perempuan.

Panggung budaya di Fakultas Ilmu Budaya ini, merupakan bentuk solidaritas terhadap isu-isu perempuan, yakni eksploitasi perempuan, hak politik perempuan, serta kesetaraan gender. Mahasiswa perlu memahami bahwa posisi perempuan yang kerap kali menjadi subordinat bagi kaum laki-laki ini sudah seharusnya dilawan dan berjuang untuk mendapatkan hak-hak normatif kaum perempuan.

Surabaya, 8 Maret 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline