Lihat ke Halaman Asli

Aditya Prahara

TERVERIFIKASI

Inilah Olahraga yang Indah: Kisah Duo Raksasa Premier League

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422169531776813072

[caption id="attachment_366024" align="aligncenter" width="538" caption="Pemain Bradford Merayakan Gol (sumber: liputan6.com)"][/caption]

Anda salah satu penggemar Premier League? Mana klub favorit Anda, Chelsea atau Manchester City? Jika bukan keduanya mungkin pantas kiranya Anda akan tertawa lebar. Pasalnya saya akan berbicara mengenai luka menganga yang baru mereka dapat di pentas Piala FA semalam.

Diporakporandakan Klub League One

Penggemar Chelsea tentu optimis melihat tim pujaannya ‘hanya’ menghadapi Bradford, klub kasta ketiga Liga Inggris. Dengan status Chelsea sebagai pemuncak klasemen sementara siapa yang akan meragukan kekuatan Chelsea yang akhir pekan lalu baru saja melibas Swansea dengan skor 5-0 di Stadion Liberty—kandang Swansea. Bagi Bradford, ini merupakan laga sangat berat. Betapa tidak, mereka tidak pernah menang dalam 12 laga terakhir saat dijamu Chelsea di Stamford Bridge. Namun, jangan pula meremehkan karena klub yang berkompetisi di League One itu telah mempecundangi Wigan, Arsenal dan Aston Villa sebelum berhadapan dengan Chelsea. Pelatih Chelsea, Jose Mourinho pun sempat membuat pernyataan sebelum pertandingan melawan Bradford ini.

“Untuk membantu meraih gelar juara (Liga Primer), hal terbaik adalah kalah melawan Bradford, kalah melawan Liverpool, kalah melawan Paris Saint Germain, lalu hanya bermain di Liga Primer sampai akhir musim. Tapi, tidak dengan kami. Tidak dengan mentalitas kami, tidak dengan cara kami berpikir tentang pekerjaan kami, tidak dengan jati diri Chelsea. Waktu itu seorang pelatih klub besar terlempar ke luar dari ajang turnamen dan dia berkata, ‘Bagus, sangat bagus. Ini sempurna bagi kami karena kini kami bisa fokus ke kompetisi yang lain’. Jika saya kalah melawan Bradford, saya tidak akan berkata demikian. Saya akan berkata, ‘Ini adalah aib’,” ujar pria asal Portugal itu sebagaimana dilansir oleh BBC.

Pernyataan yang memuat rasa percaya diri yang tinggi. Namun, rupanya Mourinho kurang waspada. Pada babak keempat Piala FA tersebut ia mengistirahatkan kiper Thibaut Courtois dan kapten John Terry dan menggantikannya dengan Petr Cech dan bek Kurt Zouma. Mou juga menugasi Andre Schurrle dan Mohamed Salah, dua pemain yang dikabarkan akan hengkang dari Chelsea karena selalu menjadi ‘penghangat’ bangku cadangan.

Meski turun dengan beberapa pemain lapis kedua, Chelsea seharusnya dapat mengatasi permainan dari anak-anak asuh Phil Parkinson ini. Namun kenyataannya Chelsea menajadi kelabakan. Sempat unggul 2-0 pada babak pertama, tapi Bradford bisa memperkecil ketertinggalan pada menit 40 lewat Jonathan Stead sehingga membuat babak pertama berakhir dengan skor 2-1. Babak kedua petaka mengahmpiri Chelsea secara bertubi-tubi. Pada menit ke-74 Bradfard berhasil menyamakan kedudukan lewat Felipe Morais. Bukannya mencari pundi gol demi melenggang ke babak selanjutnya, lagi-lagi Petr Cech harus rela memungut bola dari gawangnya. Pada menit ke-81 dan 90, Andrew Halliday dan Mark Yeates berhasil mempermalukan tuan rumah di hadapan pendudukungnya sendiri.

[caption id="attachment_366025" align="aligncenter" width="528" caption="Pemain Bradford Merayakan Kemenangan (sumber: sepakbola.com)"]

1422169591648046928

[/caption]

Atas kekalahan ini, Jose Mourinho meminta kepada anak asuhnya untuk malu atas penampilannya, namun di sisi lain ia memuji Bradford yang berhasil memenangkan pertandingan. "Apa yang terjadi adalah sepakbola dan sepakbola itu indah. Saya rasa ini adalah keindahan sepakbola saat tim yang lebih baik bisa kalah, hal ini sulit terjadi di olahraga lain, dan semakin mungkin terjadi di negara dan olahraga ini. Mentalitas tim kecil itu spesial. Saya salut pada hal itu dan mereka, mereka mencatatkan sejarah fantastis bagi diri mereka dan klub. Saya ulangi kata yang saya gunakan sebelum laga ini: Adalah sebuah aib bagi tim besar untuk kalah dari tim kecil dari divisi bawah. Kami harusnya merasa malu, saya dan para pemain harusnya malu. Frustrasi bukan kata yang tepat, malu lebih cocok," pungkasnya sebagaimana dilansir oleh FourFourTwo.

Manchester Biru Juga Malu di Kandang

Setelah menelan kekalahan di Etihad Stadium—kandang Manchester City—melawan Arsenal pekan kemarin, pelatih City, Manuel Pellegrini memerintahkan kepada anak asuhnya untuk segera bangkit. Saya rasa pertandingan di ajang Piala FA ini juga momen yang bagus untuk bangkit terlebih lagi ‘hanya’ melawan tim dari kasta kedua Liga Inggris, Middlesbrough. Manchester City jelas harus menarget menang di babak keempat Piala FA kali. Karena bisa jadi, Piala FA adalah satu-satunya trofi yang bisa dimenangkan pada musim 2014-2015 ini. Tengok saja, di ajang Premier League The Citizens mendapatkan persaingan ketat dari Chelsea yang menampilkan penampilan yang konsisten. Sedangkan di ajang Liga Champions, meskipun sempat terseok-seok di fase grup, City berhasil lolos ke fase gugur. Namun, klub yang dihadapi bukan klub sembarangan, Barcelona. Sebetulnya, klub milik Sheikh Mansour ini sudah pernah menghadapi Barcelona di ajang Liga Champions pada musim lalu. Dan hasilnya, dua kali City dipecundangi.

[caption id="attachment_366026" align="aligncenter" width="528" caption="Para Pemain The Boro Merayakan Gol (sumber: sepakbola.com)"]

14221696661346936209

[/caption]

Dengan kondisi seperti ini, tidak ada alasan bagi anak-anak Manchester Biru untuk tidak menang. Menang harga mati demi trofi. Oleh karena itu, Manuel Pellegrini pun menurunkan tim terbaiknya. Starting line-up Manchester City menghadapi Middlesbrough diisi oleh pemain utama, kecuali Willy Caballero dan Dedryk Boyata yang lebih sering menghuni bangku cadangan. Yaya Toure masih belum bisa tampil karena masih mengarungi Piala Afrika 2015. Namun, pemain andalan seperti Vincent Kompany, David Silva dan Sergio Aguero bisa turun dan siap menghajar The Boro—julukan Middlesbrough.

Namun bukannya tampil meyakinkan, tim tuan rumah justru kesulitan meladeni permainan dari klub yang berkompetisi di divisi Championship ini. Hasilnya dua gol dari Middlesbrough yang lahir dari serangan balik sukses menghentikan langkah City ke babak selanjutnya di Piala FA. Tuan rumah malu, suporter terpaku.

[caption id="attachment_366027" align="aligncenter" width="634" caption="Punggawa Manchester City Meratapi Kekalahan (sumber: aktualpost.com)"]

14221697411466250162

[/caption]

Beberapa pihak kekalahan City ini diakibatkan oleh pertandingan persahabatan melawan Hamburg di Jerman sebelum pertandingan ini yang berkesudahan 2-0 untuk kemenangan tim asal Manchester ini. Pellegrini menegaskan kekalahan dari The Boro tidak ada kaitannya meski jadwal pertandingan berdekatan.

"Saya pikir perjalanan kami tidak membawa dampak. Kalian bisa menganalisa tapi saya punya pendapat yang berbeda. Kami punya enam sampai tujuh peluang untuk menciptakan gol setelah mereka menjebol gawang kami, mereka punya serangan balik yang bagus. Kami bermain baik sebelum mereka membuat gol. Middlesbrough layak untuk menang tapi hasil pertandingan ini tidak ada hubungannya dengan pertandingan melawan Hamburg. Masalah yang kami punya adalah cara kami bermain. Para striker kami baru saja kembali (dari cedera) dan butuh waktu sama seperti kita. Kami harus bekerja keras sebelum ke Stamford Bridge (kandang Chelsea). Saya fokus dalam mencetak gol dan tidak kebobolan. Kami butuh mencoba dan memulihkan performa kami baik saat menyerang dan bertahan," terang pelatih 61 tahun panjang lebar sebagaimana dilansir oleh bola.bisnis.com.

Sepak Bola Itu Indah

Saya setuju dengan pernyataan Mourinho yang mengatakan bahwa sepak bola itu indah. Tak selamanya tim besar akan selalu menang melawan tim kecil. Melihat latar belakang dua klub di atas yang merupakan klub paling royal dan suka menghambur-hamburkan uang, kualitas pemain yang dimiliki jelas tidak memungkinkan bagi keduanya untuk kalah. Merekalah penguasa. Ya! Inilah sepak bola. Tapi bukan lantas tim besar ‘mengalahk-ngalahkan’ diri sendiri demi tetap tercapai sebuah olahraga yang indah. Keindahan sepak bola, ada pada pemainannya.

Jember, 25 Januari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline