Lihat ke Halaman Asli

Enam Nilai Berharga dari Filosofi Wayang

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bahwa masusia adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dengan segala kesempurnaannya, memiliki akal dan budi. Untuk menimbang dan menentukan pilihan mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak seperti hewan yang hanya hidup berdasarkan insting semata, tidak lebih. Sejatinya manusia diciptakan tak ada yang sia-sia, semua ada peranannya dan ada porsinya masing-masing.

Juga pada suatu bangsa, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini seorang pemimpin mempunyai peran sebagai imam dalam suatu bangsa, mengayomi rakyatnya, mendengarkan suara rakyatnya, mensejahterahkan kehidupan rakyatnya, dsb.

Tapi apa yang dilakukan para pemimpin dan pengurus bangsa ini, yang seenaknya merampas hak milik rakyatnya tanpa ia sadari bahwa Tuhan telah memberikan porsi kehidupan mahluk yang ada di alam semesta ini dengan seadil-adilnya.

“Inilah bangsa kita, bangsa krisis hati dan moral. Bangsa yang tak pernah mau bersyukur akan segala kekayaan sumber daya alam yang telah Tuhan berikan untuk Indonesia”

Manusia perlu menanamkan dalam diri enam nilai-nilai universal pada filosofi wayang sebagai pondasi kehidupan. Bahwa manusia harus memiliki rasa Empati, Kejujuran, Keadilan, Saling Menghargai, Tanggung Jawab dan Loyal Terhadap Negara.

Enam nilai universalal yang terdapat pada filosofi wayang itu meliputi:

1.Empati (Caring)

Artinya setiap mahluk yang hidup di bumi ini haruslah memiliki sikap empati kepada semua mahluk, baik kepada manusia lain, tumbuhan, atau sama hewan sekalipun. Karena sikap empati akan menjadikan seseorang menjadi peka terhadap kehidupannya dan kehidupan orang lain juga untuk menciptakan hidup damai serta selaras.

2.Kejujuran (Trustworthiness)

Alangkah indahnya hidup jika setiap manusia menanamkan rasa kejujuran dalam diri, mungkin tidak ada korupsi yang saat ini menjadi budaya di bangsa kita. Kata ini mudah diucapkan namun terkadang sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan, ada saja kebohongan-kebohongan kecil yang kita lakukan dan tanpa kita sadari kebohongan kecil itu akan menjadi terbiasa dan berujung pada kebohongan besar. “Kejujuran itu terkadang membuat kita sulit, tetapi kesulitan yang lebih besar akan timbul takakala kita ketahuan tidak jujur”.

3.Saling Menghargai (Respect)

Ya. Hidup ini juga akan menjadi tentram jika di antara kita, yang muda terhadap yang tua ataupun sebaliknya, yang tua kepada yang muda saling menghargai satu sama lain. Sikap inilah yang menjadi sebuah suksesnya kehidupan bermasyarakat, karena tidak mengedepankan ego dan ke “aku-an” sehingga akan menciptakan kehidupan yang indah serta kebahagiaan dalam kebersamaan.

4.Tanggung jawab (Responsibility)

Ini juga salah satu sikap yang juga harus ada pada setiap diri manusia, khususnya kepada para pemimpin. Bertanggungjawablah kalian sebelum menanggungnya di akhirat kelak atas segala apa yang kalian lakukan di dunia ini, apalagi sampai merugikan banyak orang dan alam sekitar. Karena mesrusak alam sedikit saja berarti membunuh kehidupan, apakah kita mau dicap sebagai seorang pembunuh? Dalam hal ini bisa kita lihat dari saudara kita yang berada di sekitar galian PT. Lapindo Brantas, mereka tak pernah menyangka bahwa tanah yang mereka pijak dari turun-temurun kini harus lenyap tak tersisa dilahap lumpur dengan jutaan kubik. Rumah, mata pencaharian, sekolah, sampai makam pun harus lenyap. Ironi. Dan jangan keget kalau tingkat pengangguran semakin banyak. HEI PELAKU KEJI PENIKMAT KEKAYAAN BUMI DI SIDOARJO, TANGGUNG JAWAB! JANGAN HANYA BISA MERUSAK, TANGGUNG JAWAB! KEMBALIKAN KEHIDUPAN MEREKA, TANGGUNG JAWAB!

5.Keadilan (Fairness)

Bicara soal kedilan di negara kita sepertinya menjadi hal yang tabu dan menjadi kompleks dari segala persoalan yang ada. Adil itu sudah bisa dibeli dengan uang dan kedilan itu hanya terasa nikmat kepada orang yang berkuasa serta mempunyai uang. Lalu bagaimana rasa keadilan bagi rakyat jelata? Ah pahit sekali. Sepertinya sikap adil itu sudah mulai luntur pada orang-orang di negri ini, khususnya para pemimpinnya. Bisa kita lihat para koruptor, perampas hak milik rakyat, mereka bisa tetap merasakan senang sekalipun di dalam jeruji besi. Tapi tidak untuk rakyat jelata yang mencuri ayam untuk bisa bertahan hidup dari segala gencatan kehidupan, harus merasakan pedih atas ketidakadilan yang diterimanya. Percayalah adil itu sejatinya sebuah sikap atau perilaku yang jika dilakukan tidak ada yang merasa dirugikan, semua mendapatkan porsinya masing-masing.

6.Loyal pada Negara (Citizenship)

Kita juga harus memiliki sikap loyal terhadap negara, walau kita bukan atlet atau pejuang sekalipun. Tapi setidaknya kita bisa melakukan itu dengan cara ikut sama-sama membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungan kita, mengeksplor sumber daya alam yang ada, memanfaatkan, lalu melestarikan. Karena siapa tau akan menghasilkan sebuah dampak positif terhadap masyarakat, bangsa, serta negara. Sehingga kita bisa membantu meringankan beban negara, untuk bisa menuju kehidupan sejahterah.

Alangkah baiknya dari enam nilai universal itu juga dibarengi dengan membangun pondasi keimanan dengan cara menanamkan rasa cinta dan rasa takut kepadaNYA. Karena hal tersebut akan membuat hati kita selalu dipenuhi oleh rahmatNYA dan hati bersih dari segala noda kehidupan.

Jika hati telah bersih, niscahaya segala hal yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang positif dan memberikan kemanfaatan bagi mahluk lainnya. Karena hati yang bersih dapat menjadi kompas kehidupan yang nintinya akan berujung pada hidup yang diridhoiNYA.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline