Lihat ke Halaman Asli

Aditya Nata Adiyatma

Mahasiswa UNAIR

Ancaman Tersembunyi di Balik Rak Warung, Peredaran Obat Ilegal Marak di Indonesia

Diperbarui: 20 Juni 2024   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Toko kelontong biasanya menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah kesibukan mereka. Namun, di balik kenyataan ini, peredaran obat-obatan terlarang menimbulkan bahaya yang tersembunyi dari pandangan langsung. Hal ini menjadi hal yang umum terjadi di beberapa negara, seperti Indonesia, di mana toko-toko kelontong sering kali digunakan sebagai lokasi terselubung untuk penjualan obat-obatan terlarang. Zat-zat tersebut dapat berupa obat-obatan terlarang seperti opioid, zat psikoaktif, dan obat-obatan keras yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Distribusi obat-obatan terlarang di supermarket telah berkembang menjadi masalah signifikan yang membahayakan kesehatan dan keamanan masyarakat. Selain merugikan pengguna, zat-zat terlarang yang beredar juga mengurangi pendapatan pemerintah. Oleh karena itu, kolaborasi antara berbagai pihak diperlukan untuk memerangi peredaran narkotika secara efektif.

Badan Narkotika Nasional (BNN) telah melaporkan bahwa peredaran narkoba ilegal semakin meluas di seluruh Indonesia. Menurut BNN, penyalahgunaan narkoba sering kali disebabkan oleh akses yang mudah untuk mendapatkan narkoba di toko-toko kelontong. Tidak adanya pengawasan pemerintah terhadap penjualan obat-obatan oleh penjual skala kecil, seperti toko kelontong, merupakan faktor lain yang memperparah masalah ini. Toko-toko kelontong dengan standar dan pengawasan yang tidak memadai menjadi tempat berlindung bagi penjual obat ilegal. Obat-obatan keras yang membutuhkan resep dokter, seperti Dextrometorphan, Tramadol, dan Trihexyphenidyl, tersedia tanpa resep dokter. Strategi yang digunakan mulai dari menyamarkan obat-obatan tersebut sebagai produk lain hingga bertindak seperti obat pada umumnya.

Keuntungan finansial yang besar bagi para pedagang kecil merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap distribusi narkotika ilegal di supermarket. Mereka dapat menghasilkan lebih banyak uang dengan menjual narkotika ilegal dibandingkan dengan menjual barang biasa. Variabel tambahan yang penting adalah tidak adanya pengawasan dan ketidaktahuan para pedagang akan dampak buruk dari penjualan narkotika ilegal.

Penyalahgunaan obat-obatan terlarang memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan penggunanya. Ketika obat-obatan terlarang dikonsumsi tanpa pengawasan dokter, ketergantungan, overdosis, dan bahkan kematian dapat terjadi akibat penggunaan obat-obatan tersebut. Selain itu, peredaran obat-obatan terlarang juga mengganggu ketertiban sosial dan memicu tindak kriminalitas seperti kekerasan dan pencurian.

Beberapa inisiatif telah dilakukan untuk menghentikan peredaran narkotika ilegal di toko-toko kelontong. Zat-zat ilegal telah disita selama penggerebekan oleh polisi dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, upaya penindakan saja tidak cukup. Perlu adanya edukasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang risiko yang terkait dengan obat-obatan ilegal. Untuk memutus siklus perdagangan obat ilegal, sangat penting bagi sejumlah pemangku kepentingan untuk mengambil peran aktif, termasuk keluarga, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil.

Kesehatan dan masa depan bangsa sangat terancam oleh perdagangan obat-obatan terlarang yang terjadi di toko-toko kelontong. Untuk memeranginya, kita harus bersatu. Beritahukan kepada orang yang Anda cintai tentang risiko yang terkait dengan obat-obatan terlarang, laporkan setiap aktivitas yang mencurigakan kepada polisi, dan bantu pemerintah dalam upayanya untuk mencegah dan menegakkan hukum narkoba. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan sehat untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline