Lihat ke Halaman Asli

aditya krisna

mahasiswa

Fenomena Dunia E-Sport

Diperbarui: 23 Januari 2024   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Games. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dunia e-sport telah berkembang pesat dan menjadi fenomena global dalam beberapa dekade terakhir. Pada awalnya dianggap sebagai hobi, e-sport kini menjadi industri besar dengan jutaan penggemar dan pemain yang terlibat. Artikel ini akan membahas fenomena dunia e-sport, mulai dari sejarah perkembangannya hingga dampaknya yang merambah ke berbagai aspek kehidupan.

Awalnya turnamen e-sport hanya diadakan di lingkungan lokal atau antar komunitas kecil. Namun, dengan munculnya internet dan teknologi yang semakin canggih, e-sport berkembang menjadi industri yang dapat diakses oleh semua orang.

Sejarah e-sport  kembali ke tahun 1972 ketika kompetisi "Space Invaders Championship" diadakan di Stanford University. Namun, booming e-sport baru benar-benar dimulai pada tahun 2000-an dengan munculnya game online seperti Counter-Strike dan StarCraft. Popularitas ini terus berkembang seiring dengan dirilisnya game-game besar seperti Dota 2, League of Legends, dan Fortnite.

E-sport memiliki struktur dan format turnamen yang serius, mirip dengan olahraga tradisional. Ada banyak organisasi dan liga yang mengelola kompetisi e-sport di seluruh dunia. Beberapa turnamen e-sport terbesar termasuk The International untuk Dota 2, League of Legends World Championship, dan Overwatch League.

Format turnamen e-sport bervariasi tergantung pada jenis permainan. Misalnya, turnamen Dota 2 biasanya diadakan dalam format sistem gugur, sementara turnamen fighting game seperti Street Fighter sering menggunakan sistem double elimination. Struktur turnamen ini menciptakan ketegangan yang tinggi dan memberikan pengalaman seru bagi pemain dan penonton.

Persepsi terhadap pemain e-sport telah berubah dari sekadar gamers menjadi atlet yang sejajar dengan olahraga konvensional. Atlet e-sport terkenal seperti Faker (Lee Sang-hyeok) dari League of Legends atau Dendi (Danil Ishutin) dari Dota 2 memiliki penggemar sebanyak atlet olahraga tradisional.

Gaji para pemain e-sport juga fantastis. Banyak organisasi e-sport memiliki kontrak dengan pemain mereka yang mencakup gaji tetap, bonus kemenangan, serta bagian dari pendapatan sponsor dan penjualan merchandise. Beberapa pemain e-sport bahkan menjadi kaya raya berkat prestasi dan popularitas mereka.

E-sport tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga membantu membentuk komunitas yang kuat di seluruh dunia. Para penggemar e-sport berinteraksi di platform online, membentuk kelompok, dan berbagi kecintaan mereka terhadap game tertentu.

Selain itu, terlibat dalam e-sport juga dapat meningkatkan keterampilan tertentu. Pemain e-sport harus memiliki refleks cepat, keterampilan taktis, dan kemampuan berpikir strategis. Beberapa pemain e-sport bahkan mengklaim bahwa pengalaman mereka dalam bermain game telah meningkatkan keterampilan multitasking dan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun e-sport telah tumbuh secara pesat, tetapi masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan pemain e-sport. Tekanan untuk tampil di level tertinggi, serta kurangnya dukungan mental, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Selain itu, masalah kecurangan dan penggunaan obat terlarang juga muncul sebagai tantangan dalam dunia e-sport. Organisasi dan liga e-sport terus berusaha untuk menciptakan aturan dan pengawasan yang ketat untuk memastikan kejujuran dan integritas dalam kompetisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline