Lihat ke Halaman Asli

Sentilan Dahlan Ajarkan Kita Berdisiplin

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13323019881919089204

Ada yang menggelitik waktu saya baca berita Selasa (20/3) kemarin, apalagi kalau bukan tentang Menteri BUMN kita, Dahlan Iskan, yang “ngamuk” di tol gara-gara antrean panjang. Mr. Dahlan yang saat itu langsung galau turun dari mobilnya. Dari 4 loket tol yang ada ternyata cuma 2 yang beroperasi; 1 loket manual, 1 loket otomatis. Karuan hal ini bikin Dahlan galau level 5, karena katanya dia sudah berulang kali memperingatkan pihak terkait untuk bisa mengatasi kemacetan di pintu tol.

"Padahal saya sudah menginstruksikan berpuluh-puluh kali bahwa antrean paling panjang 5 mobil," gitu katanya. Tapi yang bikin Mr. Dahlan makin galau level 10 (ini galau apa makan Keripik Maicih??) karena kemudian diketahui bahwa ternyata petugas tol yang seharusnya mengisi loket-loket itu datang terlambat. Reaksinya mungkin berlebihan, karena dia membuang kursi yang ada di loket-loket kosong itu. Tapi kemudian reaksi itu ngga bikin Dahlan dibenci, justru sebaliknya (liat deh tanggapan orang-orang di internet), karena memang itulah gambaran buruknya pelayanan publik di negara kita ini.

Saat itu juga, Dahlan yang mau ke Cengkareng buat rapat koordinasi dengan PT Garuda Indonesia Tbk, langsung membuka pintu-pintu tol yang masih tertutup. Pikirnya, what the hell-lah mobil-mobil yang lewat itu ngga bayar yang penting jalanan lancar. "Kalau Jasa Marga merasa dirugikan, suruh tagih ke saya. Saya bayar," kata Dahlan ngancem (like this deh pak!).

Begitulah Dahlan, sosok yang selalu menjadi buah bibir sejak mantan Dirut PLN ini diangkat menjadi menteri. Sikap dan keputusan-keputusannya kadang nyeleneh, tapi bisa aja menyentil pihak-pihak berwenang di negeri ini, bahkan di pemerintahan sendiri, utamanya dalam hal ini untuk lebih maksimal dan efisien dalam bekerja.

Kejadian ini juga langsung jadi perbincangan banyak orang. Sore harinya, saya lihat di Metro TV, Direktur Operasionalnya Jasa Marga ngga berkutik saat dihujani pertanyaan si anchor dan menanggapi pernyataan Dahlan yang disuarakan langsung via phone, karena si menteri lagi di Beijing. Cuma kata "maaf", "terima kasih", "perbaikan", dan "segera", yang saya inget dari tiap jawabannya.

Reaksi Dahlan ini dipicu karena buruknya pelayanan publik dan lemahnya tingkat kedisiplinan para pelaku terkait. Alasan telat datang itu lho yang bikin saya sebel! Isu tentang buruknya pelayanan publik di negeri ini emang bukan rahasia lagi. Hanya saja lebih banyak orang yang (akhirnya) “menerima” keadaan seperti itu dibandingkan berani menentang dan mengubahnya. Ya iyalah, bayangin aja kalo orang yang buka gerbang tol itu orang-orang biasa yang jabatannya cuma staff di perusahaan swasta mana gitu. Kalo ngga digondol ke kantor polisi, ya dimaki petugas, boro-boro jadi berita dan ditanggapi positif begini.

Hari itu emang apes banget dah buat Jasa Marga, karena emang kebetulan aja yang iseng lewat itu sang menteri yang punya pandangan kritis. Andai saja lebih banyak orang berani seperti Mr. Dahlan, mungkin pemaksimalan berbagai bidang di negeri ini bisa berjalan cepat. Amin.

Lemahnya manajemen pengelola jalan tol tersebut dalam hal kedisiplinan waktu dan pengawasan (controlling) para pegawainya, jadi hal yang paling mengganggu saya. Keterlambatan mereka mengisi dan membuka loket justru menambah masalah di ibukota yang emang kepadatan lalu-lintasnya udah parah. Lha ini ditambah pada datang telat! KENA DEH!!

Oleh karena itu sebagai karyawan, baik yang bekerja di BUMN maupun bukan, sudah selayaknya kita bercermin, karena bagaimanapun juga yang kita kerjakan itu untuk orang lain. Apalagi BUMN yang jelas-jelas menyangkut hajat hidup orang banyak. Masyarakat tentunya bergantung pada mereka.

Nah, di sini disiplin waktu tentu jadi salah satu hal penting. Mungkin ngga kepikiran sebelumnya sama kita bahwa produktivitas kerja bisa meningkat kalo kita bisa disiplin menggunakan waktu. Atau sebetulnya selalu kepikiran tapi selalu kita jadikan excuse?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline