Globalisasi membawa inovasi, Pengalaman baru, dan standar hidup yang lebih tinggi. Namun, secara bersamaan juga berkontribusi pada ketidaksetaraan ekonomi dan memunculkan sekat-sekat sosial. Automasi dan bisnis berbasis daring bisa saja mendorong semangat kewirausahaan, tetapi juga bisa jadi mengancam keamanan dan keuntungan dari pekerjaan seseorang.
Selanjutnya, Bicara tentang perpindahan orang dari satu wilayah ke wilayah lain, bagi sebagian orang hal tersebut bisa dalam bentuk kemudahan untuk pulang-pergi antar benua, tapi bagi sebagian yang lain bisa jadi itu karena menghindari peperangan atau kemiskinan yang terjadi di wilayahnya, --seperti contoh kasus negara timur tengah yang konflik berkepanjangan--, belum lagi ditambah kesulitan dalam adaptasi di wilayah baru. Keterbukaan dan keterhubungan dalam segala aspek kehidupan yang terjadi saat ini bila tidak diantisipasi dengan baik bisa memunculkan ketimpangan dan radikalisme, harus ada upaya untuk mempercepat langkah agar tidak ada masyarakat yang "tertinggal" dalam perubahan dunia yang begitu cepat.
Apa yang terjadi saat ini semakin menunjukkan polarisasi kondisi ekonomi dan sosial yang semakin ekstrim antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Bagaimanapun juga peradaban manusia kedepan haruslah mengarah pada masyarakat yang lebih inklusif. Seperti kata Andreas Schleicher, Penasihat khusus bidang pendidikan Sekjen OECD, semakin dunia ini menjadi saling memiliki keterkaitan dalam banyak hal, maka semakin kita membutuhkan seseorang yang bisa berkolaborasi dan berpadu dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang yang tidak tergambarkan sebelumnya seperti contoh diatas, generasi saat ini membutuhkan kapasitas diri yang baru. Dalam beberapa tahun para pegiat pendidikan telah mendiskusikan bagaimana membangun kapasitas diri yang dibutuhkan tersebut. Adakah kompetensi khusus yang harus dimiliki generasi muda masa kini yang hidup pada kondisi budaya yang beragam? Dan bilamana ada, bagaimana seharusnya hal tersebut dikembangkan? Dapatkah para siswa belajar untuk memobilisasi pengetahuan, daya pikir, keahlian, nilai, dan sikap dalam rangka bertindak secara kreatif, kolaboratif dan beretika?
Kompetensi global adalah jawaban dari pertanyaan diatas dan masih menjadi diskursus tentang bagaimana seharusnya kompetensi tersebut berwujud dan diwujudkan. Menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Kompetensi global ialah kemampuan untuk menganalisis isu-isu global dan antar budaya secara kritis dan dari berbagai perspektif, untuk dapat memahami bagaimana perbedaan mempengaruhi persepsi, penilaian, dan pendapat tentang diri sendiri dan orang lain, serta mendorong untuk berinteraksi secara terbuka dan efektif terhadap oranglain dengan latar belakang yang berbeda berdasar pada saing menghargai martabat sesama manusia.
Setidaknya dalam kompetensi global anak memiliki kemampuan menguasai secara mendalam baik itu pengetahuan maupun pemahaman tentang isu-isu global dan antar budaya, lalu kemampuan untuk belajar dan hidup bersama orang-orang dengan latar belakang yang beragam, serta memiliki sikap dan nilai yang penting dalam menghormati dan menghargai orang lain.
Sekolah memainkan peranan penting untuk membantu generasi muda agar dapat hidup berdampingan dengan beragam latar belakang. Sekolah bisa memberikan kesempatan pada generasi muda untuk mempelajari tentang pentingnya perkembangan global terhadap dunia dan kehidupan mereka, membiarkan siswa untuk dapat ikut serta dalam memperoleh pengalaman yang memfasiliasi tentang hubungan antar negara dan antar budaya, kemudian mendorong siswa untuk bisa merefleksikan pengalamannya tersebut agar bisa membantunya dalam menghargai perbedaan Bahasa dan budaya, mendorong sensitivitas antar budaya, penghormatan dan apresiasi.
Siswa dengan kompetensi global yang baik akan menggunakan pengetahuan, pemahaman, keahlian, sikap dan nilai secara bersama-sama untuk bertindak dalam rangka menyelesaikan masalah global dan meningkatkan kualitas hidup umat manusia dan generasi mendatang. Anak muda dengan kemampuan global ini mampu lebih siap dalam membangun masyarakat yang adil, damai, inklusif dan berdaya saing melalui apa yang mereka putuskan dan lakukan. Kompetensi global adalah salah satu aspek terbentuknya apa yang disebut dengan Rahmatan Lil 'Alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H