"Transformasi Ekonomi Kulon Progo; Kritik, Data Kritis, dan Solusi untuk Masa Depan yang Lebih Baik"
Oleh : Dr (cand) Aditya Hera Nurmoko, S.IP, MM.
Kulon Progo, sebuah permata tersembunyi di Yogyakarta, menarik perhatian dengan pesonanya yang alami. Namun, di balik keindahan alamnya, tersembunyi luka-luka ekonomi yang perlu ditangani dengan serius. "Transformasi Ekonomi Kulon Progo: Kritik, Data Kritis, dan Solusi untuk Masa Depan yang Lebih Baik" menjadi panggilan untuk mengeksplorasi esensi dari masa depan yang lebih cerah namun dihantui oleh tantangan yang tak terelakkan.
Sementara isu penting yang perlu diperhatikan di Kulon Progo adalah Isu ; Ketergantungan pada sektor tradisional, Pertumbuhan sektor lain yang lambat, Ketimpangan pendapatan, Tingkat pengangguran yang tinggi, dan Tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional.
Kritik Ketergantungan pada sektor tradisional, Pertumbuhan sektor lain yang lambat, Ketimpangan pendapatan, Tingkat pengangguran yang tinggi dan Tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional
Dalam pemandangan yang tidak disadari, Kulon Progo terjebak dalam belenggu ketergantungan pada sektor tradisional. Sebuah kritik yang melekat erat, menggambarkan ketidakmampuan untuk melangkah maju dari kebiasaan masa lalu. Sektor pertanian dan kehutanan, meskipun kaya akan warisan budaya, menjadi akar permasalahan dengan rentannya terhadap perubahan iklim yang melonjak dan fluktuasi harga yang tak terduga.
Pertumbuhan yang lesu dalam sektor-sektor yang berpotensi, seperti industri dan pariwisata, juga menjadi sorotan tajam. Kurangnya investasi dan infrastruktur yang belum siap menyebabkan Kulon Progo terjebak dalam cengkeraman stagnasi. Ketimpangan pendapatan yang merajalela menjadi semakin mencolok, menciptakan jurang yang tak terjembatani di antara warga Kulon Progo.
Data Kritis: Cerminan Kegagalan yang Tak Terbantahkan
Melalui lensa data, gambaran memilukan tentang keadaan ekonomi Kulon Progo terungkap dengan jelas. Sektor tradisional masih mendominasi PDRB, mengekspos ketergantungan yang mematikan. Menurut data BPS, pada tahun 2023, sektor tradisional seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menyumbang 16,40% terhadap PDRB, menunjukkan ketergantungan ekonomi yang tinggi pada sektor yang rentan terhadap fluktuasi harga komoditas dan perubahan iklim.
Tingkat pengangguran yang tinggi, mencapai 3,91% pada tahun 2023, juga menimbulkan keprihatinan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang sebesar 2,64%, menunjukkan kurangnya lapangan pekerjaan yang berkualitas dan ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri.