Lihat ke Halaman Asli

Aditya Firmansyah

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Bulan Ramadhan, Tidak Hanya Sebatas Bulan Momentum Berbuat Baik dan Menjauhi Perbuatan Buruk

Diperbarui: 31 Maret 2024   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bulan puasa yang diwajibkan, Ramadhan juga seringkali dijadikan momentum untuk melakukan introspeksi diri dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Namun, seringkali setelah Ramadhan berakhir, banyak dari kita kembali menjalani ke kebiasaan lama dan mengabaikan kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan selama bulan suci tersebut.

Terlebih bulan Ramadhan segala amal kebaikan akan dikali lipat gandakan. Seperti yang telah tercantum dalam hadist berikut ini;

Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah Saw bersabda: "Setiap amal di sisi Allah SWT setara 7 kali lipat hingga 700 kali lipat hingga hanya Allah SWT saja yang tahu. Bila seseorang hamba menghadap kepada Allah SWT dengan pengabdian di dunia yang Ikhlas dan tidak menyekutukan Dia, maka surga balasannya. Tapi bila menyekutukan Allah SWT, maka neraka balasannya. Siapa yang menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT, maka diilipatgandakan balasannya 700 kali dan puasa yang dikerjakan karena Allah SWT semata, tidak tahu berapa besar pahalanya kecuali Allah SWT sendiri yang tahu." (Mu'jam Kabir At-Thabrani)

Dari keistimeaan tersebut, sehingga banyak dari kita berlomba-lomba memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi segala larangan sesuai dengan ajaran syariat. Tapi nyatanya apa? Banyak dari kita hanya menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk memperbanyak ibadah dan meninggalkan larangan sesuai ajaran syariat saja, namun setelah Ramadhan rampung banyak dari kita kembali membiasakan berbuat buruk. Misalnya, kita setiap bulan Ramadhan rajin pergi ke masjid karena mau menjalankan sholat Tarawih, tapi setelah momentum Ramadhan berakhir seakan-akan selesai pula kebiasaan pergi ke masjid.

Tindakan momentum itu justru dapat mencedarai bulan Ramadhan itu sendiri dan menafikan bulan-bulan setelahya, bahwa bulan Ramadhan hanya dijadikan momentum pelampiasan untuk melakukan banyak kebaikan, utamanya menghindari larangan, sehingga setelah bulan Ramadhan berakhir seakan kebiaasaan yang telah ditanam di bulan Ramadhan hilang begitu saja yang kemudian banyak perbuatan-perbuatan buruk kita lakukan kembali di bulan setelah Ramadhan.

Untuk itu, Ada satu hal yang perlu kita pahami kembali, bahwa Ramadhan seharusnya tidak hanya menjadi bulan untuk meninggalkan kemunkaran sementara. Lebih dari itu, Ramadhan seharusnya menjadi awal dari pembiasaan untuk senantiasa menjauhi perbuatan yang dilarang agama. Proses ini seharusnya berkelanjutan dan tidak hanya terbatas pada bulan Ramadhan saja.

Membangun kebiasaan baik bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukanlah hal yang tidak mungkin. Dengan tekad yang kuat dan niat yang tulus, kita bisa membangun kebiasaan baik tersebut. Salah satu langkah awal yang bisa kita lakukan adalah dengan merencanakan apa saja yang ingin kita tinggalkan atau perbaiki setelah Ramadhan berakhir. Kita bisa membuat daftar perbuatan munkar yang ingin kita tinggalkan, dan membuat strategi bagaimana cara kita menghindari perbuatan tersebut.

Selain itu, kita juga perlu terus memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT. Kita perlu terus memperbanyak ibadah dan selalu berdoa agar diberikan kekuatan untuk senantiasa menjauhi perbuatan yang dilarang agama. Kita juga perlu terus belajar dan memahami ajaran Islam sehingga kita semakin yakin dan mantap dalam menjalankan perintah-Nya.

Dengan membangun kebiasaan baik yang berkelanjutan, bukan hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga di bulan-bulan selanjutnya, kita akan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan semakin baik pula perbuatan-perbuatan kita di mata-Nya. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga di setiap waktu dan kesempatan yang diberikan-Nya. Aamiin.

Wallahua'alam bisshowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline