Lihat ke Halaman Asli

Anekdot sebagai Sarana Kritik para Masyarakat

Diperbarui: 19 Mei 2023   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut saya teks merindukan sosok pemimpin humoris cukup menarik karena teks ini menjelaskan mengenai presiden gus dur yakni presiden ke-4 RI yang sering sekali membuat candaan berupa anekdot. Namun, kebanyakan anekdot yang dibuat oleh gus dur dianggap menyebarkan kebencian saat dibacakan oleh orang lain. Seperti contohnya, ketika seorang pria warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, sempat diamankan kepolisian setempat setelah mengunggah salah satu guyonan Presiden keempat RI di media sosial. Hal ini menyebabkan narasi publik terhadap peristiwa tersebut menjadi negatif. 

Teks anekdot adalah sebuah cerita atau kisah singkat yang unik lantaran mengandung lelucon atau unsur lucu. Kelucuan yang berada dalam teks anekdot tidak hanya berupa suatu candaan, namun bisa juga sebuah kritikan dalam bentuk candaan. 

Contoh teks anekdot 

Kursi 

Bagus: "Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?" 

Anton: " Kuri goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur Saat tidur, orang, kan, lupa." 

Bagus: "Hahahaha, lucu, tapi jawabanmu salah." Anton: "Hmm, kursi apa dong?" 

Bagus: "Jawabannya adalah kursi jabatan!" Anton: "Lho, kok begitu?" Bagus: "Jelas lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi setelah duduk di kursi itu, mereka lupa ingatan soal janji-janjinya!" 

Anton: "Hahahahaha betul juga." 

Teks ini menghina para semua wakil negara ini yang lupa dengan janji mereka. 

Dalam teks anekdot tersebur fungsi yang paling terlihat atau dominan adalah fungsi primer, dimana teks anekdot adalah sebagai sarana ekspresi yang berhubungan dengan ketidaksukaan, ketidakpuasan, kejengkelan, kebencian, dan sebagainya. Di teks diatas, sang penulis membuat teks anekdot yang mengkritik orang-orang yang mendapat posisi di pemerintahan, dimana sebelum mereka dipilih mereka sudah berjanji banyak kepada masyarakat, namun kebanyakan dari janji mereka merupakan omong kosong dan janji tersebut tidak dilakasanakan oleh mereka. Dimana, posisi mereka digambarkan dalam bentuk sebuah kursi dan saat mereka sudah duduk mereka lupa dengan janji tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline