Lihat ke Halaman Asli

Rahasia "Pabrik Medali" Negeri Tiongkok

Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2012.163.com/special/zhangnanzhaoyunlei

Berlangsungnya Asian Games 2018 di Indonesia, menjadi ajang pencapaian medali untuk kebanggaan negara tersendiri. Para negara berlomba - lomba untuk menjadi negara yang terbaik lewat perolehan medali.  Setelah perjalanan yang bisa dibilang berjalan 50%, kontingen Tiongkok masih kokoh di puncak klasemen perolehan medali dengan 159 medali meliputi 72 emas, 55 perak, dan 32 perunggu. Disusul Japan dengan perolehan 113 medali. Saat ini Indonesia masih setia di urutan ke 5 dengan perolehan 43 medali.

Yang menjadi persoalan, apa rahasia Tiongkok mampu menjadi "Pabrik Medali" khususnya di Asian Games 2018 yang sedang berlangsung ini?

Tampaknya ada beberapa rahasia yang menjadi tolak ukur keberhasilan Tiongkok mengemas medali sebanyak ini. Strategi yang pertama ialah pemberian beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu dimana beasiswa terdapat beasiswa untuk olahragawan. 

Beasiswa dalam urusan olahraga merupakan kebijakan yang diberikan untuk meningkatkan dan mengembangkan jiwa - jiwa atlit untuk masa depan. dalam sekolah olahraga, para pelajar tidak serta merta belajar olahraga, melainkan diajarkan pendidikan seperti pada umumnya. Mengingat pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang.

Beasiswa olahraga ini diberlakukan karena kurangnya minat orangtua untuk memberikan pendidikan yang dikhususkan untuk menjadi seorang atlit. Untuk kedepannya, para pelajar diberikan kepastian untuk bermain di level atau kelas tertentu, sehingga masa depan sudah jelas. Dengan hal ini, munculnya bibit - bibit unggul sebagai bekal di kemudian hari. 

Bicara pembinaan mungkin memang kita harus banyak belajar dari Tiongkok. Pembinaan yang konsisten dari kecil merupakan hal mutlak yang membuat Tiongkok kaya dengan atlit - atlit berbakat hingga dapat disebut "pabrik medali". Melanjutkan paragraf sebelumnya, Pembinaan ini difokuskan bukan hanya tentang bakat yang dimiliki melainkan lebih kepada cara bertahan hidup nanti. 

Para calon atlit juga menempuh pendidikan untuk mendapatkan gelar tertentu, ditambah adanya tunjangan - tunjangan untuk menjaga dan memberikan pelayanan untuk para calon atlit nanti.

Selain itu, sarana olahraga yang dibebaskan oleh pemerintah tanpa dikenakan biaya. Dengan kata lain, memang dari kecil, anak sudah diajarkan dekat dengan olahraga apapun sesuai dengan minatnya. Kurang lebih terdapat 620.000 stadion atau gym yang bisa digunakkan secara bebas dan tersebar di negara Tiongkok ini. 

Lalu, bagaimana dengan Indonesia saat ini? ya, tentunya Indonesia harus belajar dari Tiongkok dalam banyak hal, terutama di bidang olahraga. Bisa dilihat bagaimana pembinaan yang dilakukan negeri Tiongkok tampaknya belum sebanding dengan Indonesia. Sebelumnya yang harus diubah ialah mindset yaitu "Untuk menjadi juara, tidak ada yang instan" perlu proses dan tahapan yang besar. 

Jika kita berkaca pada Indonesia, pembinaan yang dilakukan masih kurang, memang pembinaan pasti ada namun pembinaan hanya untuk bakat alam sebagai contoh pembinaan sepak bola. Dimana kurang lebih umur produktif menjadi pemain sepak bola khususnya di Indonesia hanya sekitar 30 tahun. Lalu setelah pensiun harus apakah atlit kita nantinya?. Belum adanya kepastian masa depan membuat para anak - anak muda berpikir dua kali untuk mengejar mimpi menjadi atlit Indonesia

Sarana dan prasarana olahraga di Indonesia juga masih kurang, rata - rata masih dibawah standar. Sekalipun Standar nasional pasti di pungut biaya. Ini yang menjadi persoalan berikutnya, masih kurangnya tempat yang menjadi bakat mereka anak - anak muda Indonesia tersalurkan, padahal Indonesia memiliki segudang anak - anak berbakat yang dapat mengharumkan bangsa Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline