Lihat ke Halaman Asli

Silahkan Beri Judul

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

“Akulah angin itu, yang sedang mengais kesejukan dari pepohonan, tanah, bahkan sampah-sampah. Lalu apakah ada yang salah?” jawabku kepada Dia.

“Hanya janggal kurasa. Seharusnya engkau yang memberi kesejukan itu wahai Angin…” jawabnya.

“Jadi kau pikir aku berbohong…?” tanyaku dengan sedikit kekecewaan.

“Uh…. Aku tak pernah menjustifikasi statusmu, Angin. Mengapa engkau terlalu sensitif akhir-akhir ini?” sambutnya.

“Itulah alasan mengapa aku memilih menyembunyikan pencarian ini. Huh… semuanya berpikir tugasku hanyalah memberi kesejukan. Sementara aku sendiri sekarat kelaparan di sini. Semuanya kurasa egois sekarang. Apakah kau juga mau menghakimi aku?”

“Oh Angin. Itulah yang aku permasalahkan. Untuk apa bersembunyi di balik jubah malam. Setidaknya kau ceritakan hal ini kepada Matahari. Sehingga ia dapat menyebarkan kondisimu kepada seluruh Bumi”… sarannya padaku.

“Hueahauwahaua. Apa yang Matahari bisa lakukan aku tak tau. Mengatur laut saja ia tak bisa. Lihatlah Laut yang mengganas, atau Angin barat yang buas. Apa yang Matahari bisa lakukan aku tak tau. Masih untung aku di sini hanya sembunyi di balik pohon rindang dan sampah-sampah ini.” Ujarku.

“Aku tak pernah mengatakan yang kau lakukan itu jahat atau tidak. Aku hanya mengajak engkau berpikir nilai SALAH atau BENAR. Itu saja…”

“Menurutku aku benar.” Ujarku dengan angkuh.

“Tunggu saja, waktu akan menjawabnya.” Sambungku.

“Apa yang engkau anggap benar itu, Angin?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline