IKN di Indonesia. Srijayawardenepura Kotte di Sri Lanka. Brazilia city di Brazil. Adalah Tiga kota baru yang menjadi Ibu kota negara. Ibukota baru yang diharapkan menjadi solusi masalah masalah di ibukota yang lama. Apakah kota kota baru itu berhasil menyelesaikan masalah di kota yang lama ? Atau justru kota yang baru itu menjadi masalah baru , dan menambah masalah lebih rumit ? Sejarah telah mencatat dan akan mencatatnya nanti.
Bukan masalah berhasil atau tidak berhasilnya perpindahan ibukota yang menjadi perhatian Kutogoro. Sebut saja namanya itu. Nama pemberian orang tuanya. Yang berarti juga ibukota negara atau kerajaan. Namun adalah ketidak sinkronan informasi tentang perpindahan itu. Yang berakibat hasil test atau ujian catur wulan Kutogoro menjadi gagal mendapatkan nilai sempurna ( 10 ). Gara gara ada pertanyaan dalam ujian tersebut , " Dimanakah ibu kota negara Sri Lanka ?" Sebuah negara yang terletak di sebelah selatan India.
Tahun itu, tahun 1986, Ketika Kutogoro masih siswa Sekolah dasar ( SD ) . Tepatnya kelas 6. Seperti biasa tiap 4 bulan ( caturwulan ) diadakan Test Hasil Belajar . Yang dulu dikenal dengan singkatan THB . Sebuah evaluasai hasil proses pembelajaran yang dilakukan setiap empat bulan sekali. Model belajar yang saat itu dikenal dengan nama kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ).
Pelajaran ilmu pengetahuan sosial ( IPS ) adalah Pelajaran favorit Kutogoro. Semua buku -buku ilmu sosial baik di sekolah maupun buku buku bekas dari kakak kelas tetangganya di kampung dibaca dengan antusias. Saking senang nya Kutogoro juga minta dibelikan atlas dunia ke orang tua . Dia ingin mengenal dunia lebih luas. Atlas bersampul biru yang cukup bagus. Atlas yang tidak hanya menyajikan peta Indonesia, juga Negara-Negara di dunia. Kutogoro girang sekali. Dia bisa mengenal pulau-pulau di Indonesia yang luas. Serta mengenal kota kota di dunia. Khususnya Ibukota-ibukota negaranya yang ditandai dengan kotak berwarna merah menyala. Kutogoro pun menjadi hapal banyak nama ibukota-ibukota negara di dunia.
Kutogoro juga mendapatkan buku RPU ( rangkuman Pengetahuan Umum ) yang dikemas dalam bentuk jilid dan dengan format tata letak kertasnya landskap. Dengan sampul kertas bufalo berwarna biru . Dengan jilid isolasi kain warna hitam. RPU itu berisi pertanyaan pertanyaan sekitar ilmu pegetahuan social yang cukup uptodate. Kutogoro mendapatkan warisan 3 buku Rangkuman soal dari saudara yang sudah lulus sekolah dasar. Ada rangkuman pertanyaan ilmu pengetahuan alam , bahasa indonesia dan juga pengetahuan umum. Dara ketiga buku warisan itu, RPU-lah yang menjadi buku favoritnya .
Berbekal kesukaannya kepada mata Pelajaran IPS dan punya buku RPU tersebut , Kutogoro menjadi lebih berprestasi di kelas. Terlebih pengetahuan tentang ilmu social , hampir semua buku pelajaran dari buku di sekolahan , dia kuasai. Setiap pertanyaan guru sekitar Ilmu sosial , dia lahap habis. Tanpa ada pertanyaan tersisa. Pertanyaan sekitar perkembangan-perkembangan terbaru dari Guru pun , dapat dijawab dengan lancar.
Dengan modal Pelajaran dari guru di kelas dan juga buku RPU , Kutogoro sangat optimis menghadapi ujian catur wulan alias THB. Ketika jadwal THB mata Pelajaran IPS tiba , semua pertanyaan pun dapat dijawab Kutogoro dengan mudah dan lancar. Karena soal soal ujian itu sudah ada di dalam buku Pelajaran . Ketika ada yang di luar buku pelajaran di sekolah, ternyata itu ada di buku RPUL. Kutogoro s pun bisa menyelesaikan semua soal. Setelah dua kali mengecek untuk memastikan jawaban, Kutogoro pun keluar dari ruangan ujian dengan perasaan lega.
Namun ada satu soal yang terasa mengganjal pikiranya. Bukan tentang soal yang tidak dapat dijawab. Tapi justru khawatir jawaban yang diberikan, yang merupakan informasi terbaru , dinyatakan salah. Bisa "disalahkan". Disalahkan oleh guru pembuat soal yang belum tahu dari perkembangan informasi terbaru . Soal dalam tes hasil belajar itu adalah " Dimanakah ibukota negara Sri Lanka ?"
Kutogoro menjawab tanpa ragu soal itu , Srijayawarhenepura Kotte di lembar jawabannya. Itulah jawaban menurut Buku RPUL yang update , yang dia baca. Ibukota Sri Lanka adalah Srijayawardenepura Kotte. Bukan kota Kolombo lagi. Kota Kolombo sejak tahuan 1980, tidak menjadi ibukota Sri Lanka lagi. Sebagaimana yang dlakukan selama pemerintahan Inggris. Dan tahun 1977 Srijayawardhenepura Kotte ditetapkan sebagai ibukota baru, meski gedung parlemen-nya baru didirikan di sana tahun 1982.
Dan ternyata apa yang dikhawatirkan Kutogoro benar terjadi. Setelah pengumunan jawaban hasil ujian THB , disebutkan oleh Guru , bahwa ibukota Sri Lanka adalah Kolombo. Dan Kutogoro ingat bener reaksi temannya, yang juga teman belajar kelompoknya. Temannya itu menjawab pertanyaan itu dengan jawaban Kolombo. Teamnnya bersorak kegirangan. Sedangkan Kutogoro hanya tersenyum kecut. Ada perasaan kecewa dan dongkol di hati. Update informasi yang dia dapatkan dikalahkan oleh pengetahuan yang belum diperbarui . Kutogoro tidak protes. Dia tidak menerima jawaban itu, namun dia hanya diam. Tak berkomentar. Peristiwa di tahun 1986 itu masih terngiang jelas di pikiran Kutogoro hingga saat ini.
Saat itu, Kutogoro masih belum bisa memahami. Kenapa proses perpindahan ibukota begitu rumit , Sehingga ketetepan dari tahun 80-an awal ternyata belum bisa dikomunikasikan secara seragam informasinya setelah 6 tahun berjalan. Sehingga dalam soal yang ujian anak sekolah dasar tahun 1986 , jawabannya masih belum sama, menunjuk kota baru yang sudah ditetapkan. Kolombo sebagai kota yang penuh sejarah , masih kuat mendominasi ingatan banyak orang. Mengalahkan undang undang perpindahan ibukota yang sudah ditetapkan pemerintah, yang bertujuan menatap kehidupan kota yang lebih baik dan ideal di masa depan.