Lihat ke Halaman Asli

Adi Triyanto

Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Dua Pilihan yang Sama-sama Utama

Diperbarui: 17 Januari 2024   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari seorang ibu menyuruh  anak gadisnya  untuk menyiapkan segelas air teh untuk suami yang baru pulang kerja. Segelas teh itupun telah siap dan ditaruh di atas meja oleh si anak gadis . Tak berapa lama  adik laki-laki nya yang berusia 5 tahun ,  bermain main di dekat meja , dan secara tak sengaja segelas teh manis itupun tersenggol , jatuh dan tumpah di lantai.

Dua kakak beradik itupun saling menyalahkan. Sang kakak merasa benar karena sudah mematuhi perintah sang ibu untuk membuatkan air minum buat sang ayah. Sementara sang adik juga tidak mau disalahkan. Kalau naruh gelas teh, seharusnya jangan  terlalu kepinggir pasti tidak akan tersenggol jatuh.

Sang ayah yang tidak jadi minum, coba mendamaikan kedua anak kesayangannya. "Sudah jangan saling menyalahkan. Kakak sudah benar menjadi anak yang taat perintah orang tua. Adik pun tidak salah karena memang masih anak anak sukanya bermain. Kakak besok kalau menaruh sesuatu , letakkan di tempat yang lebih aman. Dan adik juga nanti kalau bermain , harus lebih hati hati."

Peristiwa perselisihan dua kakak beradik itu mirip dengan dengan kejadian  perbedaan pendapat (ikhtilaf ) yang ada muncul dalam kalangan ummat islam. Cara ummat mensikapinya pun hampir sama dengan sikap  dua kakak beradik tersebut. Masing-masing merasa yang sudah paling benar dalam menafsirkan sebuah perintah atau kejadian . Dan menunjuk yang lain bersalah. Padahal ketika dua anak itu mendengarkan nasehat bapaknya , ada jalan tengah untuk menyelesaikan, di mana keduanya harus ada sikap untuk instropeksi diri   dan mengakui kekurangan. Itu juga yang pernah dicontohkan Nabi kepada umat islam generasi awal yang dapat kita jadikan sebagai pedoman atau rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan. Khususnya permasalahan khilafiyah alias perbedaan pendapat .

Kebenaran itu tunggal. Namun tafsir terhadap apa yang diajarkan Nabi itu tidak tunggal. Memaksakan tafsir kebenaran hanya satu tentu bertentangan dengan kehendak Tuhan terhadap pemberian akal terhadap manusia untuk berfikir. Dan nabi sudah memberikan pondasi bagaimana mensikapi terhadap kemungkinan akan munculnya perbedaaan tafsiran terhadap suatu ajaran Nabi tersebut.

Nabi sudah menyadari bahwa manusia pada akhirnya akan terbagi dalam dua kelompok besar dalam mensikapi terhadap ajaran yang diberikan Nabi. Yang pertama, kebenaranan yang didasarkan  oleh keinginan untuk menjunjung tinggi terhadap nilai ketaatan. Yang kedua adalah kebenaran yang didasari akan kemampuan  menterjemahkan  suatu ajaran atau perintah.

Dalam sejarah Nabi ada sebuah kisah mengenai awal mula munculnya ikhtilaf atau perbedaan pendapat ini.  Pada suatu hari Nabi memerintahkan serombongan sahabat untuk pergi ke daerah  Bani Quraidhah dengan sebuah pesan ,  "Janganlah kalian Shalat Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraidhah."

Rombongan  shabat itu pun bergerak menuju Bani Quraidhah. Perjalanan ini seperti sudah disiapkan Tuhan untuk memberikan pelajaran bagi umat islam untuk menghadapi masalah yang akan muncul di masa depan. Jarak yang cukup jauh , memaksa rombongan itu harus menemui kenyataan, belum mencapai Bani Quaraidhah namun hari sudah beranjak gelap.

Bila diteruskan maka  waktu sholat ashar akan  habis. Matahari sebentar lagi  tenggelam.  Sementara bila berhenti untuk menunaikan sholat Ashar sebelum sampai di Bani Quraidha maka dianggap melanggar perintah Nabi.

Menghadapi kenyataan di lapangan tersebut, sahabat nabi terbelah pendapatnya. Ada yang berpegang teguh sesuai perintah Nabi apa adanya untuk tidak menunaikan sholat ashar kecuali sudah sampai di Bani Quraidha. Kelompok kedua adalah sahabat yang berpendapat bahwa sholat ashar harus ditunaikan lebih dahulu sebelum waktunya habis dan matahari tenggelam . Meski rombongan belum sampai ke tujuan sebagaimana diperintahkan Nabi, yaitu daerah Bani Quraidha.

Pada jaman Nabi maka solusi setiap masalah lebih  mudah . Para sahabat tinggal menyampaikan permasalahan  yang dihadapi kepada  nabi, dan Nabi  akan memberikan penyelesaiannya berdasar petunjuk Alloh langsung. Dan mereka akan mengikuti setiap keputusan yang Nabi berikan  dengan suara bulat. Tanpa ada yang membantah. Karena apa yang diputuskan nabi pasti benar, karena jawaban itu datang dari Alloh yang maha kuasaa melalui Nabi-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline