Era sekarang yang sarat kemajuan teknologi komunikasi, smartphone dapat dikatakan jadi kebutuhan sehari-hari, bahkan dari kalangan prasejahtera pun banyak yang memilikinya. Selain untuk komunikasi, smartphone bisa dijadikan alat mencari nafkah. Contohnya, bermodal smartphone dan kendaraan roda dua bisa ikut bergabung ojek online.
Demikian juga untuk usaha dagang. Transaksi jual beli barang bisa dilakukan secara online melalui smartphone.
Si Penjual dan Pembeli tetap bertemu dalam suatu pasar, namun dalam bentuk virtual, tanpa harus bertatap muka. Dengan memanfaatkan teknologi, penjual cukup membuka toko melalui e-commerce, atau menjual barang dagangan mereka melalui grup-grup di media sosial.
Penulis juga merasakan efek kemajuan teknologi telekomunikasi ini. Sejak penulis mengenal transaksi non tunai melalui smartphone, penulis sering menggunakan uang non Tunai, karena banyak keuntungannya diantaranya praktis. Penulis rasa hal ini salah satu cara cerdas berperilaku di masa pandemi Covid-19 yang menekankan pentingnya social distancing atau menjaga jarak sosial.
Penulis juga memerhatikan mulai banyak pedagang yang kreatif berjualan memanfaatkan masa pandemi. Mereka menawarkan berbagai bahan kebutuhan makanan melalui grup WhatsApp komplek perumahan, media sosial seperti Facebook maupun kenalan.
Jadi orang-orang yang tak sempat ke pasar, atau memilih memaksimalkan quality time bersama keluarga, maupun yang melaksanakan pembatasan social karena Covid-19, tak perlu risau bagaimana mendapatkan bahan makanan.
Sistem berjualannya cukup sederhana, pembeli bisa mengabari langsung lewat telepon atau pesan di WhatsApp dan media sosial apa bahan makanan yang ingin dibeli. Misal kita butuh daging 1 Kg, sayur kangkung 2 ikat, kentang setengah kilo, dan lain-lain, semua akan disanggupi oleh si penjual.
Proses pembayarannya dapat melalui cash atau transfer rekening ke penjual. Lalu si penjual ini akan mengantar langsung barang tersebut ke rumah kita. Namun barang yang dibeli tentu terbatas ragamnya, tidak selengkap belanja langsung di pasar.
Di saat pandemi ini, transaksi digital juga membantu menghindari terjadinya panic buying karena masyarakat tak perlu khawatir bagaimana cara belanja hingga muncul keinginan menumpuk barang. Meningkatnya jumlah kasus corona sempat mendorong banyak orang melakukan panic buying terhadap kebutuhan pokok maupun sehari-hari.
Panic buying ini juga sempat melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Masyarakat menyerbu toko-toko dan supermarket untuk memborong bahan makanan dan keperluan sehari-hari.