Lihat ke Halaman Asli

Aditia Aditia

penyuka wisata,

Memahami Kenaikan LPG 12 KG

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411232966786403701

LPG yang merupakan singkatan dari (liquified petroleum gas) atau disebut dengan Elpiji merupakan gas terbaik yang disarankan oleh Pemerintah saat ini, guna memenuhi hajat hidup orang banyak terutama sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas).

Masih ingat oleh kita sebelum tahun 2007 bagaimana masyarakat Indonesia dulunya masih banyak menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga, pengguna Kompor gas masih dianggap untuk kalangan atas.

Lalu persoalan terjadi ketika dirasa minyak tanah mulai berkurang, maka Pemerintah mencari energi alternative untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar rumah tangga, maka penggunaan Elpiji dirasa paling tepat.

Adapun keunggulan Elpiji dibandingkan minyak tanah adalah:

1.Hemat Waktu

2. Bersih dan ramah lingkungan

3. Temperatur panas yang tinggi

4. Tidak Bau (dalam keadaan normal/tidak bocor)

Pada akhirnya pemerintah seolah “memaksa” masyarakat Indonesia untuk beralih ke penggunaan Elpiji dengan melakukan konversi minyak tanah ke gas Elpiji, dengan cara subsidi diberikan pada gas Elpiji dan langkah pertama adalah pemberian tabung gas 3kg.

Awalnya banyak keengganan dari Masyarakat Indonesia untuk beralih/menggunakan Elpiji dengan alasan tidak mengerti penggunaannya, takut meledak dan mahal. Namun pemerintah merasa peralihan dari kebiasaan penggunaan minyak tanah ke penggunaan Elpiji dirasa wajib dilakukan sesegera mungkin.

Beberapa tahun berjalan dari tahun 2007, masyarakat Indonesia sudah mulai ‘akrab’ dengan yang namanya kompor gas, mereka tidak ‘kagok’ lagi menggunakannya, ketakutan akan tabung yang meledak sudah dirasakan berkurang, yang ada adalah efisiensi pemakaian.

Persoalan mulai terjadi ketika Pemerintah melakukan subsidi terhadap Bahan Bakar (BB) yang dianggap “penting dan berkelanjutan” . Pertamina yang dalam hal ini yang ditunjuk sebagai penyalur/penjual mulai mengalami defisit anggaran, karena selama ini selalu menjual dibawah harga “Keekonomian Pasar”. Sesuai tindak lanjut temuan BPK Pertamina menanggung kerugian atas bisnis LPG 12 dan 50kg selama tahun 2011 sampai dengan Oktober 2012 sebesar Rp.7.73 Triliun. Angka yang cukup fantastis.

Lalu bagaimana langkah yang disarankan agar kerugian ini tidak terus berlanjut? Maka Pertamina memilih menaikkan harga Elpiji 12 kg. Kenapa sasarannya Elpiji 12kg, bukankah seharusnya Elpiji 3kg yang dinaikkan harganya (dihilangkan subsidinya). Sebenarnya pengguna dari Elpiji 12kg selama ini telah di subsidi juga, karena penjualan Elpiji 12kg di Indonesia jauh dibawah harga keekonomian, kita dapat melihat perbandingan harga Elpiji dengan Negara lain.

[caption id="attachment_343577" align="alignnone" width="356" caption="kompas pertamina"][/caption]

Apakah Pemerintah tidak takut dengan adanya migrasi besar-besaran pengguna Elpiji 12kg ke Elpiji 3kg? Sebenarnya Pertamina sendiri sebelum mengajukan kenaikan harga Elpiji 12kg telah melakukan survey secara mendalam pangsa pasar/profil konsumen pengguna Elpiji 12kg . pengguna Elpiji 12kg sebenarnya sebanyak 17% dan mereka rata-rata pada golongan berpendidikan dan dari kalangan ekonomi relative mampu. Dapat dilihat dari gambar.

[caption id="attachment_343578" align="alignnone" width="796" caption="pertamina"]

1411233340469413699

[/caption]

[caption id="attachment_343579" align="alignnone" width="794" caption="pertamina"]

14112334022022446837

[/caption]

[caption id="attachment_343580" align="alignnone" width="796" caption="pertamina"]

14112334477576487

[/caption]

Dengan survey ini pemerintah yakin usulan untuk kenaikan ini dirasakan tidak memberatkan, dan kenaikannya juga dilakukan bertahap, sehingga tidak mempengaruhi secara mikro maupun makro perekonomian Indonesia.

1411233599737207892

Terakhir hal terpenting yang mungkin dapat dilakukan adalah pola pendistribusian yang sedikit diperketat, sebelum timbulnya rasa sadar "tidak mengambil” jatah orang yang membutuhkan, Pemerintah hendaklah mengatur ketat pola pendistribusian LPG khususnya yang 3kg. Bisa dimulai dari tingkat kelurahan menyeleksi warga yang pantas membeli Elpiji 3kg.

Dengan sosialisasi yang tepat, melihat dari tingkat pendidikan pengguna Elpiji 12kg, maka proses kenaikan ini dapat diterima dengan taat dan lapang dada hendaknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline