Lihat ke Halaman Asli

Celah pada Sistem Ticketing PT KAI

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

September 2012, kalau tidak salah, PT KAI mulai meresmikan sistem ticketing baru. Mulai dari tiket yang sesuai dengan identitas, sampai dengan sistem boarding, penumpang hanya boleh masuk peron 1 jam sebelum keberangkatan. Tujuan perubahan ini pada intinya dibuat untuk memerangi para calo tiket yang memang harus kita akui, merajalela di setiap stasiun.

Tidak hanya sampai disini kebijakan PT KAI untuk memerangi calo, baru-baru ini diberlakukan peraturan baru tentang pengembalian tiket yang uangnya harus menunggu minimal 30 hari setelah pembatalan. Secara teori kebijakan-kebijakan ini mungkin dapat memerangi calo. Tetapi di lapangan tampaknya masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan para calo.

Ini adalah pengalaman pribadi saya yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Ada kejadian tak terduga yang mengharuskan saya pulang kampung saat itu juga. Karena kereta api adalah transportasi yang sangat saya sukai, maka saya memilih pulang menggunakan kereta api. Begitu tiba di stasiun, saya langsung menuju loket untuk membeli tiket, tetapi ternyata tiket sudah habis terjual sejak h-3. Hal ini memang sudah saya prediksi, tetapi tetap saja saya harus berharap.

Lengkap dengan tas ransel yang besar saya berjalan keluar stasiun, begitu tiba di depan stasiun saya dihampiri oleh seorang bapak. Tanpa basa-basi bapak itu menawarkan tiket untuk saya, tentu saja dengan harga dua kali lipat. Tetapi saya tidak menerima karena saya tahu saya tidak akan bisa melewati boarding karena tiket tidak sesuai dengan identitas saya. Tapi bapak itu berkata bahwa biar saya yang mengatur, saya bayar kalau sudah berada di dalam area peron. Karena ini adalah perjalanan yang penting, maka saya setuju saja.

Setelah beberapa menit saya menunggu, saya dijemput oleh bapak tersebut, dengan menaiki sepeda motor, saya diajak ke belakang stasiun yang ternyata tidak dijaga. Tepat ketika kereta lokal berhenti di stasiun, saya disuruh untuk segera berbaur dengan penumpang yang baru turun, tetapi jangan meninggalkan peron. Setelah membayar bapak tersebut, saya pun berbaur dengan penumpang di dalam peron dan langsung saya naik kereta yang akan saya gunakan.

Akhirnya saya bisa duduk dengan santai di dalam kereta tanpa melalui proses boarding, tentu saja dengan tiket yang bukan atas nama saya.

Semoga dengan tulisan saya ini, PT KAI bisa melihat celah-celah yang masih ada di lapangan, yang masih bisa dimanfaatkan oleh para calo.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline