Alkisah, Aldi pekerja swasta yang tinggal di kota A, dan kerja di kota B, di masa adaptasi normal baru, Aldi sudah harus masuk kantor setiap hari dan komuter kota A-B setiap hari menggunakan transportasi umum. Semua berjalan seperti biasa sampai salah satu rekan Aldi positif Covid-19, sehingga Aldi dan semua rekan kerjanya di wajibkan untuk SWAB Test.
Hasil SWAB test keluar, dan semua dinyatakan negative. Rutinitas Aldi dan rekan kerja lainnya pun berlanjut seperti biasa, sampai... Seminggu kemudian ada lagi rekan kerjanya yang posift covid-19, padahal seminggu sebelumnya sudah dinyatakan negative berdasarkan test SWAB.
Bila kasusnya seperti ini, maka berapa kali SWAB test harus dilakukan?
Namun bagi saya pertanyaan sebenarnya adalah Apakah tujuan SWAB test (monitoring dan tracking) dapat tercapai bila dilakukan tidak secara serentak di satu kota dan tidak dalam periode yang singkat? Ataukah saya yang bodoh menganggap SWAB test ini sebagai hal yang serius padahal ini hanya bagian dari perlombaan tinggi-tinggian angka SWAB test per satu juta penduduk!
Janganlah kita melakukan sesuatu hanya karena latah! Karena kita perlu ketahui, kalaupun semua penduduk Jakarta telah selesai di SWAB test namun hal ini tidak dilakukan serentak dan dalam waktu singkat, maka kita tetap perlu mengulangi SWAB test kapanpun ditemukan cluster covid-19 baru.
Dari sudut pandang manapun, ini adalah hal yang tidak efektif dan efisien, saking mubazirnya menurut saya lebih logis untuk mengalihkan anggaran SWAB test untuk pembelian kalung eucalyptus, karena setidak-tidaknya hal tersebut bisa meningkatkan imunitas karena kita akhirnya bisa tertawa dengan berbagai macam klaim premature penemunya.
Kembali kepada SWAB test, bila kita lihat detail mengenai biaya SWAB test, ini tidaklah murah, berdasarkan informasi di beberapa kanal berita online, biaya SWAB test mandiri bisa mencapai 1,6 juta termasuk konsultasi dokter. Anggaplah biaya SWAB test adalah 1 juta per specimen, bila sehari targetnya 20,000 specimen untuk diperiksa, maka dibutuhkan anggaran 20 milyar setiap harinya.
Hitung sendiri totalnya bila hal ini berlangsung berbulan-bulan. Dan pun kita harus tau, bahkan dengan SWAB test pun, ada kemungkinan false negative sampai dengan 30%. Artinya dari 100 orang yang negative saat dilakukan SWAB test, ada kemungkin 30 diantaranya positif (baca : https://bit.ly/3hOrEfV).
Lebih jauh lagi, bila seseorang di test pada masa inkubasi (saat setelah seseorang ter-expose virus namun infeksi belum berkembang) maka hasil SWAB test akan negative, namun pada akhirnya orang tersebut akan positif saat infeksinya berkembang (baca : https://bit.ly/3g3jAXR)
Pemerintah harus sadar dan mengakui, bahwa pendekatan baru diperlukan, karena ada ribuan Aldi-aldi lain di Indonesia, dan SWAB test tidak lah memberikan rasa aman and nyaman bagi para penggerak ekonomi seperti Aldi alih-alih malah berakibat negative, seperti kegiatan ekonomi yang dipaksa berhenti dan timbulnya rasa frustasi dan stress karena beban ekonomi.
Dan kalau semua pejabat setuju dan mengerti bahwa bila dilakukan SWAB test masal maka angka pasien covid akan naik signifikan, maka lebih baik tidak dilakukan sama sekali. Karena testnya pun dilakukan tidak serempak dan menyeluruh ditambah lagi juga tidak ada pembatas social yang ketat setelahnya.