Lihat ke Halaman Asli

Akhirnya, Seorang Playmaker Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Penantian panjang telah dilalui oleh seorang Stefano Lilipaly untuk membela tim nasional Indonesia, negara asal ayahnya. Meski sudah menyatakan keinginannya membela Skuat Garuda sejak 2 tahun silam, namun kesempatan baru ia dapatkan pada tanggal (14/8) beberapa hari lalu dalam laga uji coba menghadapi Filipina di Stadion Manahan, Solo.

Lilipaly, pemain kelahiran Arnhem 23 tahun lalu adalah pemain yang dibesarkan dari sistem pembinaan sepak bola Belanda. Ia sudah bermain sepak bola sejak berusia 7 tahun. Klub amatir RKSV DCG adalah tempat ia memulai perkenalannya dengan sepak bola. Setelah itu, ia bergabung dengan akademi sepak bola AZ Alkmaar selama setahun sebelum pindah ke akademi Utrecht.

Performa menjanjikan ditunjukkan Lilipaly di skuat junior Utrecht, atau dikenal dengan tim Jong Utrecht. Ia membawa timnya menjuarai Piala KNVB tingkat junior tahun 2010. Dalam laga final melawan De Graafschap yang dimenangi Utrecht dengan skor 4-1, Lilipaly mencetak dua gol. Rangkaian penampilan gemilangnya ini membawa sang gelandang ke tim B senior, meski tidak sampai menembus posisis starter di kompetisi Eredivisie. Sulitnya menembus posisi starter membuatnya hijrah ke Almere City, tim yang bermain di kompetisi kasta kedua Eerstedivisie.

Hingga kini, pemain yang berposisi sebagai gelandang serang ini masih tercatat sebagai pemain di Almere bersama pemain keturunan Indonesia lainnya, Leroy Resodihardjo. Di musim kompetisi Eerstedivisie 2012/2013, Lilipaly tercatat bermain sebanyak 13 kali, dengan sumbangan 2 gol. Almere sendiri mengakhiri kompetisi di posisi 13 dari 18 peserta.

Lilipaly adalah pemain dengan kemampuan teknis yang mumpuni, dengan posisi ideal sebagai gelandang serang, tidak mengherankan jika pemain ini mengidolakan Andres Iniesa, gelandang serang Barcelona. Tergabungnya Lilipaly dalam skuat tim nasional belanda U-15 dan U-18 adalah pengakuan atas kemampuannya tersebut.

Hadirnya pemain seperti Lilipaly di tim nasional Indonesia sungguh melegakan. Inilah sebenarnya tipe pemain yang telah ditunggu-tunggu oleh tim nasional, seorang playmaker. Seorang pemain yang tidak sekadar mampu menguasai bola, tapi juga lihai mendistribusikannya dan juga mampu melakukan gerakan tanpa bola yang efisien. Dalam beberapa tahun terakhir, kompetisi sepak bola Indonesia nyaris tidak menghasilkan pemain bertipe seperti ini. Posisi ‘si nomor 10’ ini lebih banyak dipegang oleh pemain-pemain asing seperti Zah Rahan. Taktik yang digunakan klub-klub Indonesia juga umumnya tidak mengakomodasi keberadaan pemain-pemain bertipe seperti ini.

Lilipaly, yang penampilannya baru disaksikan secara luas oleh publik sepak bola Indonesia dalam laga uji coba lawan Filipina, memberi impresi positif dalam debutnya dengan memberi sebuah assist pada gol pertama Indonesia yang dicetak oleh Greg Nwokolo, penyerang naturalisasi. Tidak sekadar assist tersebut yang ia sumbangkan, namun ia mengawalinya dengan pergerakan tanpa bola yang cerdas untuk menerima umpan chip dari Hasim Kipuw.

Debut positif Lilipaly di tim nasional mengundang pujian dari pelatih Jacksen F. Tiago. Dikatakannya, Lilipaly mampu memecahkan konsentrasi pemain lawan, meski terlihat belum padu dalam melakukan kerjasama dengan rekan-rekannya. Dengan Lilipaly di lapangan, Indonesia memang bermain dengan cara yang berbeda seperti yang biasa terlihat. Posisi Lilipaly yang berada di belakang duet penyerang memberi opsi dalam mengalirkan permainan, karena selama ini Indonesia lebih banyak mengandalkan serangan dari sektor sayap maupun permainan umpan panjang.

Belum padunya Lilipaly terlihat jelas karena ia bahkan baru melakukan sentuhan pertama dengan bola pada menit ke-7. Sebelum itu, Lilipaly seperti invisible di lapangan. Kerjasama Lilipaly dengan rekan-rekannya di lini tengah belum terbangun. Trio gelandang lainnya yang kala itu dipasang yaitu Raphael Maitimo, Ahmad Bustomi dan Taufik lebih banyak mengalirkan bola langsung kepada duet Greg dan Boaz Solossa tanpa melalui Lilipaly. Karakter permainan Greg dan Boaz yang lebih mengandalkan melakukan tusukan dan menggiring bola ke sisi lapangan juga membatasi peran Lilipaly.

Meski demikian, Lilipaly segera membuat perbedaan. Dua percobaan tembakan pertama ke gawang lawan adalah kontribusinya. Beberapa kali upaya giringan bolanya juga mampu membongkar lini belakang The Azkals, meskipun ia acap melakukan terlambat mengirimkan umpan.

Dari sisi taktik, dipasangnya Lilipaly sebagai playmaker memang mengubah gaya permainan Indonesia yang terbiasa mengandalkan kecepatan pemain-pemain sayap. Gaya baru dari permainan Indonesia ini memang masih butuh pemantapan. Ketiadaan gelandang sayap membuat serangan sayap Indonesia bertumpu pada dua fullback, sambil sesekali dibantu pergerakan melebar Greg dan Boaz. Dengan demikian, kedisiplinan tinggi dalam menyerang sekaligus bertahan mutlak dimiliki oleh duet fullback Indonesia jika memakai pola ini.

Bagaimanapun, bermainnya Lilipaly di tim nasional adalah sebuah keuntungan, yang jika mampu dimaksimalkan akan mampu meningkatkan level permainan tim nasional Indonesia.

(diambil dari blog sepak bola pribadi http://theclassicnumberten.blogspot.com/)

@aditchenko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline