Lihat ke Halaman Asli

Kata Usang yang Tenggelam

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kucoba membuka buku yang telah usang

Kutemukan beberapa kata

Mengamang hilang, menggantang tentang ”

Masihkah dapat terpakai dimasa sekarang

Terkenang hilang, terbilang usang

Aku tak tahu akan maksud itu

“Melaju ragu, memangku perahu

Kembali, ku ambil contoh dan coba kau artikan

Sedencing kering, selenting asing, mengupih rintih, perih tak terkasih“

Mengertikah aku akan arti itu

Dedap, yang sudah tua namun tetap bermakna

Teresap, di dalam jiwa; di telinga siapa saja yang mengerti akan maknanya

Usang, teramat Hulda untuk seorang tungku

Lancung, bagi mereka yang hanya terbelenggu dengan kata rindu

Tuba arti dari racun penangkap ikan

Ragam sekam yang terancam

Pangkur digunakan manusia dikala senja

Dikala malam, terdiam, menahan ragam.

Terlalu tua kata ini, tapi sudikah hanyut tenggelam

Karya sastra penuh arti bagi pujangga yang merindukan telaga

Sekiranya bisa, merengkuh kembali dengan asa

Hari esok tak tahu akan berpijar, matahari tua masihkah dapat bersinar?

Semua terasa hambar, seakan kata itu telah pudar

Kata itu seakan layu, bagai nanar gempar menggelegar

Landasan pingitan sendirian, dedap usang kian lama menghilang

Inikah yang akan dilakukan?

Menjadikan kata untuk lekang terabaikan

Takik, tak samai di pucuk

Tampuk terban, yang tertumbuk

Berbaur aur, gelepur tersungkur hingga terkubur.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline