Lihat ke Halaman Asli

Adi Syahputra Sukses

Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Memilih Pesantren untuk si Buah Hati

Diperbarui: 3 November 2024   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah heboh kelakuan bejat Sudirman terhadap santri di Yayasan Darussalam An-Nur serta kasus pencabulan serupa yang di lakukan oknum pendidik di sekolah-sekolah berbasis keislaman di Indonesia. Lain lagi masalah bullying berujung kematian santri di Kediri Jawa Timur dan di pesantren-pesantren lainnya. Membuat orang tua berpikir ulang untuk memasukkan buah hati nya ke lembaga pendidikan pesantren.

Dilema Orang tua

Rentetan kasus-kasus yang viral dan tayang di media membuat orang tua bingung. Terutama bagi orang tua yang memiliki anak-anak di usia sekolah tingkat menengah pertama ataupun tingkat menengah atas. 

Satu sisi Orang tua ingin anak-anak bersekolah di pendidikan khusus keislaman agar anak-anak nya bisa menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang bisa minimal mendoa kan orang tua dikemudian hari, mensholatkan ketika orang tua telah meninggal atau harapan paling utama adalah agar anak-anak tidak terlibat pergaulan yang bebas seperti geng motor, pacaran, narkoba dan kenakalan serta kejahatan usia muda lainnya.

Disisi lain, orang tua memiliki kekhawatiran. Alih-alih menjadikan anak-anak nya sukses keilmuan agamanya. Malah di rusak oleh oknum pesantren atau terjadi pembullyan dari teman sejawatnya di pesantren seperti yang di bahas di awal.

Memilih Pesantren Untuk Si Buah Hati

Hampir semua pesantren yang berkasus pencabulan ataupun pembully an serta masalah - masalah lainnya adalah pesantren yang di kelola secara pribadi. Pesantren yang di kelola secara pribadi biasanya memiliki pengawasan yang minim dari lembaga di atasnya atau bahkan tidak ada lembaga yang mengawasi nya. 

Selain itu, pesantren yang di kelola secara pribadi biasanya menerapkan yang di buat mandiri oleh satu orang pimpinan saja. Sedangkan pengajar lainnya, hanya menjalankan sesuai instruksi pimpinan pesantren nya. Walaupun tidak bisa di generalisasi bahwa pesantren yang di kelola secara pribadi semuanta tidak baik. Akan tetapi, kebanyakan lembaga yang di kelola secara pribadi biasanya banyak permasalahan yang terjadi.

Oleh sebab itu, sebagai orang tua harus mampu melihat profil dan latar belakang sekolah untuk menjadi tempat pendidikan anak-anak nya. Tidak hanya ikut-ikutan karena trend atau viral di masyarakat saja tentang kebaikan pesantren tersebut.

Sebagai Solusi

Jika lembaga pendidikan yang di kelola secara banyak memiliki masalah-masalah yang terjadi selama ini. Penulis menawarkan solusi kepada orang tua, agar memasukkan anak-anak nya ke lembaga pendidikan yang di kelola sekelompok jamaah atau organisasi masyarakat keislaman. Seperti pesantren-pesantren Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Persatuan Islam, Al Wasliyah, Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dan ormas-ormas Islam lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline