Syura atau musyawarah dalam kepemimpinan adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam Islam. Ini merupakan ajakan untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan mengambil keputusan bersama.
Ketika kita berbicara tentang "taat terhadap syura pimpinan", ini berarti kita memahami pentingnya keputusan yang diambil melalui musyawarah dan kemudian menjalankan keputusan tersebut dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Syuro' menjadi sangat penting dikarenakan melalui syuro' akan terbit sebuah keputusan yang terbaik, keputusan yang di buat menjadi lebih general atau umum untuk di terima, hasilnya menjadi tanggung jawab secara kolektif bukan pribadi dan mampu meningkatkan kemampuan kepemimpinan orang-orang yang bersyuro'.
Menjadi permasalahan dari hasil syuro' ketika ada nya perbedaan pendapat dari ahli syuro' atau orang yang ikut beryuro'. Atau kurangnya kepercayaan dari orang-orang yang bukan peserta syuro' terhadap keputusan dari orang-orang yang bersyuro' serta egoisme antar pribadi dan golongan yang bersyuro' ataupun yang tidak ikut syuro'.
Mengapa Hasil Syuro' Tidak di Terima?
Sebagai koreksi dari yang menjalankan syuro' adalah ketika hasilnya tidak bisa di terima secara general. Hal utama penyebab nya bermacam-macam mulai dari hasilnya yang di paksakan, mekanisme syuro' yang cacat dalam prosedurnya dan keegoisan pimpinan syuro' berijtihad dalam menentukan keputusan.
Pertama, hasil syuro' di paksakan. Syuro' terkadang hanya di hadiri beberapa orang saja yang mengambil keputusan. Tidak di hadiri keseluruhan atau minimal mayoritas pengambil keputusan. Dipaksakan hasil syuro' mengakibatkan terjadi nya gonjang ganjing dari peserta non syuro'. Sehingga bisa menimbulkan konflik dingin atau pun akan memanas seiring waktu yang berkembang dan berkepanjangan.
Kedua, mekanisme syuro' yang cacat. Tidak bisa di pungkiri manusia-manusia yang bersyuro' adalah manusia biasa. Yang tidak terlepas dari khilaf, salah dan dosa. Sebagai ahli syuro' harusnya memahami kaidah-kaidah syuro' yang benar. Di upayakan setiap ahli syuro' adalah orang nya faqih di bidangnya, berilmu dan memiliki adab dan sopan santun yang tinggi. Sehingga prosedur nya tidak asal jadi.
Ketika prosedur syuro' ada yang terlampaui maka, secara sendiri hasilnya akan tidak maksimal. Akan terjadi penolakan-penolakan dari peserta non syuro' serta menjadi bumerang perpecahan antar semua golongan yang ada.
Ketiga, pimpinan syuro' egois dalam berijtihad. Pemimpin itu cerminan dari orang yang di pimpinan. Itu lah mengapa dalam mencari pemimpin di utamakan adalah yang paling paham terhapad Al Quran dan Assunah. Bukan karena paling bagus bicaranya, paling tampan rupanya dan paling kaya hartanya.
Kesalahan terbesar seorang pemimpin syuro' adalah ketika adanya jiwa ke akuan dalam mengambil keputusan. Maka, yang di rugikan bukan hanya satu dua pribadi saja. Akan tetapi, seluruh orang terlibat atau tidak terlibat dalam syuro'.
Haruskan Syuro' di taati?