Lihat ke Halaman Asli

Adi Supriadi

Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Setahun Jokowi, Hanya Heboh Mengundang Makan Saja

Diperbarui: 13 Desember 2015   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Setahun Jokowi, Hanya Heboh Mengundang Makan Saja (kontras.org)"][/caption]
Oleh : ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan

Twitter : @assyarkhan

Setelah mengundang Ojek makan siang di Istana, Jokowi mengundang Pedagang Kaki lima pada oktober lalu. Kemudian Jokowi mengundang Pembakar Masjid di Tolikora tetapi tidak mengundang makan siang Pembakar Gereja di Aceh. Selanjutnya Jokowi mengudang makan siang peserta Piala Presiden lalu mengundang makan Pengurus BEM di Istana, sehingga pengurus BEM melempem suaranya setelah itu.

Baik Ojek, Pedagang, Klub Sepakbola, Pengurus BEM dapat dipastikan menjadi Lover setelah sebelumnya menjadi Haters Jokowi. Mereka yang diundang makan akan menjadi penyampai "Pesan Pencitraan" Jokowi kepada rekan-rekanya, Tukang ojek yang di undang akan secara multilevel akan mendiskusikan "Jokowi itu sederhana ya, Jokowi itu lucu ya, Jokowi itu baik ya, Jokowi itu...dan segudang cerita pencitraan lainnya. Ini sudah sering terjadi dimana-mana bahkan jauh sebelum Jokowi jadi Presiden, apa yang dilakukan Jokowi ini sudah banyak dilakukan Pengusaha di perusahaanya, Bukankah Jokowi adalah Pengusaha? So. Pasti Jokowi akan melakukan hal yang sama.

Misal, Ketika Buruh melalui pimpinan buruhnya menuntut Pengusaha agar menaikan upah atau tunjangan sehingga menjadii gejolak di area kerja, kemudian Pengusaha memikiki siasat mengundang makan malam para pimpinan serikat di tempat makan yang mewah yang sebenarnya tidak terjangkau oleh sang buruh, dalam kesempatan makan itu entah makan malam atau makan siang, Pengusaha memberikan puja-puji kepada Pimpinan buruh, memberikan harapan, memberikan wejangan agar mendukung seluruh kebijakan perusahaan, dan segala kata-kata manis. Lalu, Setelah pulang dari maka-makan itu Pimpinan serikat pekerja tertanam benak "Oh iya ya, Kita harus dukung pimpinan perusahaan ini, ternyata bos kita itu mudah bergaul ya, ternyata bos kita itu dermawan ya mau mengundang makan di tempat yang mewah ini" Dan mereka menjadi tidak enak untuk demo lagi, tidak enak untuk menuntut lagi.

Hahahaha..........................(Bolehkan Saya ketawa lebar)?

Demikianlah cara Jokowi, tidak jauh berbeda. Hanya menerapkan apa yang pernah dilakukannya saat jadi Pengusaha dulu, Sehingga semua orang menjadi "Kacung" untuk membela kepentingannya diatas kepentingan orang lain yang lebih banyak,
Lalu, Tak berapa lama kemudian Jokowi mengundang makan Para Dosen dan Rektor, Jokowi mengundang makan para Gubernur dan yang lagi anyar adalah mengundang makan Kompasianer. Skenario awalnya Jokowi akan datang pada acara Kopdar Kompasiana, tapi prediksi Saya penasehat presiden mengatakan bahwa masa sekelas presiden harus hadir diacara itu, bisa diwakili menteri, tapi alangkah baiknya Jokowi undang beberapa diantaranya untuk kemudian menunjukan "Ini Akting Presiden", Terlebih makan-makan di Istana itu Istimewa lalu ini adalah kesempatan Jokowi untuk menunjukan "Jokowi itu sederhana lo, Jokowi itu Lucu lo, Jokowi itu Ganteng lo, Jokowi itu ramah lo dan segala jenisnya", Tak lama kemudian benar, beberapa Artikel itu muncul.

Jika tukang Ojek tak kan menulis, demikian juga pedagang pasar, apalagi Pesebakbola. Mereka akan hanya menyampaikan kesan-kesan dari hasil pencitraan tadi MLM (Mulut lewat Mulut), tidak demikian dengan Kompasianer , pasti langsung ditulis. Sesungguhnya apa yang ditulis Kompasianer tentang kesan mereka di acara makan siang itu sama dengan cerita-cerita tukang ojek dan Pedagang Asongan yang di Undang Jokowi makan di Istana. Tak jauh berbeda dengan cara orang Arab bernegosiasi "Beri Makan, Lalu Sampaikan Pesan"

Sebagai Aktivis, Saya sudah sering menemukan kondisi-kondisi seperti ini, Saya sudah menebak hasil akhirnya.

 

Jakarta, 13 Desember 2015
ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan

 

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline