Lihat ke Halaman Asli

Adi Supriadi

Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Bahkan Kualitas RA Kartini Pun Karena Menulis

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1327833858707761940

[caption id="attachment_158977" align="alignleft" width="300" caption="RA Kartini Dalam Balutan Jilbab"][/caption]

Dalam bulan Januari ini Saya melihat di Kompasiana ada Artikel-artikel yang membahas tentang kompasianer menulis postingan kejar setoran, menulis 3x sehari seperti minum obat,apa saja kritikan terhadap penulis yang rajin menulis sepanjang hari dan memposting tulisannya sepanjang hari.

Ada juga yang membahas tentang apa sich manfaat dari menulis di media yang tidak berbayar, buang-buang waktu dan tidak menghasilkan. Begitulah kira-kira yang mereka nyatakan dalam artikel mereka sehingga sampai bertanya “Emang Elu Digaji Berapa? Hahay…lebay banget ya menanyakan hal itu, kemudian ditempat lain ada juga yang bertanya mengapa sich harus berbagi skill dan kemampuan sedangkan kita mendapatkan perlakukan yang tidak baik dari orang-orang yang kita bagi?.

Jika saja mereka mau melihat sedikit tentang hakikat “sharing” atau “berbagi” maka mereka tidak akan lagi bicara soal ini, justru merekalah yang habis waktu dan tidak ada kerjaan sama sekali mempermasalahkan orang lain yang memposting tulisannya hingga 3x sehari. Hakikat dari menulis adalah berbagi dan bagi yang berbagi tidak pernah rugi sedikitpun, mau apapun jenis tulisannya, mau menerjemahkankah, mau membahas ulang dalam perspektfi berbedakah, mau bersambungkah, mau artikel pendekkah? Terlalu lebay jika hanya mempermasalahkan hal sekecil ini, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama saja yaitu dengan terus menulis dan menulis agar banyak orang mendapatkan manfaat dengan kehadiran kita di dunia ini.

Diantara pembaca mungkin pernah mendengar kisah seorang petani yang menanam jagung unggulan dan ia sering kali mendapatkan penghargaan. Hingga suatu ketika seorang wartawan datang kepadanya untuk memawancarainya. Satu kebiasaan dari petani ini adalah berbagi benih jagung unggulan kepada para tetangganya.

"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda, lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap tahunnya?" tanya wartawan, dengan penuh rasa heran dan takjub.

"Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula," jawab petani. Subhanallah….

Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.

Dalam kehidupan, mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan pada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan untuk orang lain. Jika Anda ingin hidup dengan kemakmuran, maka Anda harus berusaha meningkatkan taraf hidup orang-orang di sekitar Anda.

Ketika Anda menulispun maka Anda tidak akan menjadi penulis mumpuni tanpa menulis, kualitas itu tidak akan hadir tanpa kuantitas, menulislah sebanyak-banyaknya kemudian semakin lama Anda akan menemukan kualitas berfiikir, analisis semakin meningkat dari waktu ke waktu. Bagikan kajian yang Anda mampu, sehingga banyak orang mendapatkan pencerahan yang benar-benar pencerahan.

Kemudian ditempat kerja, Andapun tidak akan mungkin menjadi Leader yang hebat, jika Anda tidak berhasil meng-upgrade masing-masing anggota tim Anda karena Kualitas Anda ditentukan oleh orang-orang disekitar Anda.

Orang Cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu pula orang yang baik adalah orang yang mau membaikkan orang lain, makanya Bung Tomo pernah juga mengatakan “Seorang Pemimpin Tidak Akan Disebut Seorang Pemimpin Apabila tidak bisa menghadirkan Pemimpin Baru”

Jadi, Apapun yang Anda lakukan menulis, memasak, mentraining, bekerja adalah hakikatnya BERBAGI, BERBAGI TIDAK AKAN PERNAH RUGI. Insya Allah. Jadi, Teruslah menulis sehingga Anda menemukan kualitas Anda. Bahkan kualitas seorang R.A Kartini pun karena banyak menuliskan ide dan pemikirannya tanpa harus memikirkan tanggapan orang lain dari apa yang ditulisnya. Sekali lagi, Teruslah menulis kawan, buku Habis Gelap Terbitlah Terang misalnya hanyalah merupakan kumpulan Surat-surat pribadinya, bahkan jika diteliti tulisannya terinspirasi dari Al-Qur'an atau bahasa lainnya menuliskan Bahasa Al-Qur'an dalam bahasa RA Kartini, jadi tidak ada yang salah dengan menulis  ulang bukan?  So, Teruskan menulis tanpa peduli dengan stigma dari siapapun.

Bonus Video :

Bandung, 29 Januari 2012

1326853246535879490

Adi Supriadi

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Seorang Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis. Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru terbit di KayongPost, Pontianakpost, Banjarmasinpost, Tanjungpurapost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost, Kompas, Republika, Sabili dll. Cita-cita ingin menjadi Jurnalis AlJazeera atau CNN dan bisa menulis jurnal di TIME dan Wartawan Washingtonpost. Anda dapat menghubungi via 085860616183 / YM: assyarkhan, adikalbar / FB: adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adi.rabbani / PIN BB : 322235A9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline