Lihat ke Halaman Asli

Adi Supriadi

Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Wanted! Perusahaan yang Baik

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_110324" align="aligncenter" width="633" caption="Perusahaan Berbasis Spritual"][/caption]

Masalah memang semakin keras mendera perusahaan-perusahaan di negeri ini. Masalah itu terus bermunculan seolah-olah menampakkan semua bagian sisinya, sampai utuh terlihat keseluruhan seginya. Hikmah besar yang kita raih adalah terbuktinya perusahaan yang benar-benar memiliki kekuatan terbaik yang bisa terus bertahan. Merekalah perusahaan-perusahaan yang baik dan semakin baik memperhatikan stakeholdernya (pekerja, konsumen, pemilik modal, dll ).

Rasanya bagi perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan, tentu tidak perlu takut dengan segala keadaan yang mengkhawatirkan saat ini. Ia tinggal meneruskan semangat kebaikannya, dan akan terus tumbuh dan terus berkembang. Karena kebaikan akan selalu menemukan momentumnya disaat kapanpun juga, dikondisi sesulit apapun juga.

Dan rasanya, tidak berbeda pula dengan apa yang akan dirasakan oleh para pekerja yang dalam dirinya ada semangat tinggi menjunjung tinggi nilai­ profesionalisme (baca : Ikhlas)

Mereka yang mempunyai tujuan dalam bekerja yang lebih besar dari sekedar upah. Mereka bekerja karena mereka harus terus berbuat baik untuk sistem kehidupan yang memang harus lebih baik. Baginya upah hanyalah medium untuk melakukan hal-hal yang baik itu secara terus menerus bagi semua stakeholders.

Bila ia seorang desainer maka ia akan berfikir bahwa desain yang bagus bukan sekedar produk yang bagus dan laku. Melainkan ia adalah kewajiban moral yang harus tertunaikan kepada seluruh manusia, kepada seluruh alam semesta ini, kepada pencipta kita. Disini ada tuntutan yang terus mendorong agar terbuka rekacipta baru untuk menghasilkan produk yang lebih banyak manfaatnya.

Maka paradigma spiritual ini adalah memberi yang terbaik, tanpa perlu memikirkan hal-hal lain. Yang penting selalu memberikan yang terbaik. Setidaknya ada tiga hal pokok yang harus dilakukan, yakni 3T tinggalkan ego, tajamkan empati, dan tolong orang lain. Inilah yang menjadi paradigma berfikir seorang pekerja dengan semangat spiritual.

Pekerja dengan spiritualitas yang baik biasanya sehat dalam sikapnya, berkembang karirnya, dipercaya dalam pekerjaannya, selalu belajar untuk memperbaiki kemampuan, tidak alergi terhadap masalah, mudah bekerja sama, fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya, dsb. Ciri-ciri mereka, antara lain memiliki keunikan sebagai individu, memiliki kedekatan dengan yang jauh lebih besardari dirinya (Tuhan), bermanfaat bagi orang lain, dan mendudukkan bekerja sebagai kontribusi bagi kemajuan manusia.

Dalam kesadaran seorang pekerja dengan spiritualitas yang baik, ketika memasuki jam kerja, jam tujuh pagi misalnya, maka ia mulai dalam kesendiriannya untuk bekerja bersungguh-sungguh. Tidak berbeda dengan saat menghambakan diri kepada Allah dalam ibadah ritual, shalat misalnya. Disana ada kekhusuan, ada totalitas dalam menyerahkan diri, ada keinginan yang kuat untuk memberikan yang terbaik dan takut melakukan kesalahan.

Masalah adalah Sumber Pekerjaan

Misalnya seorang tukang sapu. Kalau ia mempunyai spiritualitas yang baik, maka ia akan menyadari bahwa ia bekerja bukan hanya memindahkan sampah. Tapi sesungguhnya ia tengah membuat nyaman orang-orang yang bekerja di ruangan yang harus ia jaga kebersihannya. Jadi manfaat kenyamanan yang ia berikan kepada orang lain, bukan sekedar manfaat memindahkan benda bernama sampah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline