Lihat ke Halaman Asli

Adi Supriadi

Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Sorry Bro, Hanya Ada Dua Pilihan Buat Loe

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_107650" align="aligncenter" width="672" caption="Hanya Ada Dua Pilihan"][/caption]

Bro , Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda mengapa kita melihat ada orang lain di sekeliling kita hidup berkecukupan dan lebih bahagia dari yang lain? Mengapa ada orang-orang di sekeliling kita hidup dengan lebih mudah tanpa harus bersusah payah? Mengapa ada orang-orang di sekeliling kita mendapatkan apa yang mereka inginkan sementara yang lain tidak?

Apapun yang sudah kita lakukan, itulah Taqdir kita. Kita berhubungan dengan orang lain karena memang kita ditaqdirkan berjumpa dengannya, tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita. Sayangnya kata "Taqdir" itu membuat kita akhirnya "berlindung" di atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita. Kita dengan mudah menyerahkan nasib hidup kita karena memang sudah di gariskan seperti itu, karena taqdir nya sudah begitu.

Tapi bukankah taqdir itu suatu harga mati yang tidak bisa dirubah? Setiap dari kita bisa untuk merubah dari taqdir yang buruk menjadi minimal netral bahkan bisa lebih baik jika lebih banyak perbuatan-perbuatan kebaikan yang kita lakukan. Lalu mengapa kita tidak melihat dan mencoba untuk memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan-kesalahan kita? Mengapa kita tidak mengikuti semangat perjalanan Rasulullah SAW, ketika Beliau membebaskan manusia dari kebodohan, Beliau terus bertanya dan mencari jawaban atas masalah yang di hadapi manusia tersebut. Dan akhirnya Allah memberikan jawaban atas pertanyaan dimasa Rasulullah SAW berada di gua hira.

Setiap hidup yang kita jalani berdasarkan dari pilihan-pilihan yang kita buat. Apabila Anda tidak memilih, itu artinya Anda sudah memilih untuk tidak membuat pilihan. Coba tengok ketika kita mulai bangun pagi. Ketika mata ini terbuka, kita sudah di hadapkan pilihan-pilihan. Apakah mau mandi dulu atau sedikit berolahraga atau duduk santai sejenak. Ketika mandi anda memilih apakah mau mandi air dingin atau air panas dan seterusnya. Semua yang kita jalani adalah pilihan-pilihan yang kita buat sendiri.

Akibat dari pilihan tersebutlah sebetulnya menentukan masa depan kita. Pilihan-pilihan itulah yang membuat nasib kita hari ini. Kalau hari ini Anda susah mencari pekerjaan. Itu berarti dulu Anda sudah memilih untuk malas belajar, malas bertanggung jawab, malas membina diri, malas untuk bekerja dengan rajin dan sebagainya. Itu adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, taqdir kita sendiri yang menentukannya bukan dari Yang Kuasa atau siapapun. Kita lah sebetulnya yang menciptakan nasib hidup kita sendiri itu. Ingatlah sebagai seorang Budddhis bahwa tidak ada sesuatu sebab tanpa akibat. Tidak mungkin tiba-tiba ada tanaman padi sebelum ada benih yang di tanam. Tidak mungkin ada kemakmuran tanpa perbuatan baik yang Anda lakukan.

Kebanyakan dari kita memang suka mencari enaknya saja dalam menjalani kehidupan dan selalu mencari yang menyenangkan daripada harus bersusah payah dan berkorban. Maka ilustrasi cerita di bawah ini dapat menjadi bahan renungan dalam menjalani hidup.

Ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku." Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanahini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disanasangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahantunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akanterjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Danpasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untukmencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampaisemuanya aman."Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

Dari cerita singkat ini kita dapat mengerti bahwa segala ketakutan, penundaan, dan merasa sudah nyaman dengan kehidupan yang ada, tidaklah menjamin kehidupan akan berjalan dengan baik. Justru tantangan, keberanian mengambil resiko, selalu berusaha penuh komitmen akan membuat hidup ini menjadi lebih baik. Janganlah kita menunggu datang waktu yang baik itu. Karena tidak pernah ada waktu yang terbaik itu. Sekarang adalah waktu yang terbaik untuk memulai memilih menjalani kehidupan dengan berani, penuh tanggung jawab, komitmen, ulet, dan siap berkorban untuk mendapatkan kehidupan yang anda inginkan.

Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, sering kali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak Mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka,hadapilah itu dengan gagah.Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.

Dan perlu kita ingat sahabat, tidak ada pilihan ketiga, hanya ada dua pilihan saja, sebagaimana Islam mengajarkan Syurga atau Neraka, Kanan atau Kiri, Cahaya atau Kegelapan , Islam atau Tentara Syetan , lihatlah firman Allah dalam Qur’an dimana Allah mengatakan “ Wahai Orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara Kaffah , dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Terlihat jelas pada ayat ini adalah ISLAM atau PENGIKUT SYETAN.

Jadi Anda memilih yang mana???

Bandung , 15 Mei 2011

Ahmad Muhamamd Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline