Lihat ke Halaman Asli

Adi Supriadi

Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Kediktatoran Jokowi Alamat Kematian Demokrasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14176836051198022657

[caption id="attachment_357799" align="aligncenter" width="540" caption="Telunjuk Jokowi (beritasatu.com)"][/caption]

Penulis : ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan

Twitter : @assyarkhan

Dengan banyaknya upaya dari Pemerintah menangkap pelaku kebebasan berbicara di Republik beberapa bulan lalu sebuah pertanda buruk untuk kemajuan demokrasi, dimana Presiden bisa tersinggung karena dikritik rakyatnya, ditangkap paksanya MA dan Trio Macan merupakan salah satu contohnya sebagai bentuk upaya "Shock Therapy" untuk Para Pengkritik Pemerintah, Hal ini tidak terjadi dimasa Pemerintahan SBY dan baru terjadi di rezim Jokowi. Sebenarnya jika dilihat sebenarnya bukan MA atau Trio Macan sasaran utamanya melainkan siapapun pelaku Kritik maka Anda akan diberikan Pasal Berlapis seperti Menghina Lambang Negara, Menghina Presiden, Mencemarkan Nama Baik, dan pasal-pasal lainnya yang bisa dikenakan sesuka Polisi berdasarkan pesanan yang mengadukan, jadi seolah-olah ada pembuatan Opini "Waspada bagi Anda Para Pengkritik Jka tidak ingin ditangkap Seperti Trio Macan dan Muhammad Arsyad", Maka daripada Anda ketangkap sebaiknya Anda diam saja, biarkan saja Negara ini diatur sesuka hati Sang Presiden dan kronco-kronconya atau jika ingin jeli maka Anda akan ketemu dengan sebuah spanduk ketika Pelantikan Jokowi sebagai Presiden, bunyi spanduknya "JANGAN GANGGU JOKOWI" Ini Peringatan bagi siapapun yang mengkritisi Pemerintahan.

Dampak buruknya bukan hanya itu, tetapi Sikap "ANTI KRITIK" Seperti Fir'aun ini telah menular, sebagaimana diberitakan Tribunnews dimana Seorang siswa bernama RESKA berusia 17 tahun dikeluarkan baru-baru ini dari sekolahnya karena hanya mengkritik Guru yang tidak disiplin dan selalu datang terlambat ke sekolah, dan kebetulan Reska mengkritik via Facebook. Sikap Anti Kritik Jokowi telah menular dan Kita akan nantikan akan banya kejadian yang sama diberbagai daerah sejak tertangkapnya Trio Macan dan Muhammad Arsyad.

"Siswa Terlambat Dihukum, Kalau Guru Terlambat Tidak Masalah" Demikian bunyi Kritik Reska kepada Sekolahnya dan berujung pada pemecatannya sebagai Siswa di Sekolah tersebut. Demokrasi benar-benar mati di era rezim Jokowi bahkan baru seminggu pasca pelantikannya.

Saya Pikir, Generasi Kritis harus ditumbuhkan sebanyak-banyaknya, tidak hanya Planga Plongo ketika melihat kejadian, tetapi bersuara lantang dan mau terjun ke lapangan bekerja, Sekolah Otoriter yang menimpa Reska ini adalah cerminan dari Pemerintahan yang Otoriter dengan menangkap Trio Macan yang selalu mengkritik Jokowi selama ini, Seharusnya Para Guru Berubah dengan kritik seperti itu dan seharusnya Pemerintah semakin mawas diri dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Pengkritik Pemerintah akan disebut mempermalukan Negara, Menghina Presiden, Pengkritik Sekolah dianggap sebagai Mempermalukan Sekolah dan mencemarkan nama baik sekolah sebuah pertanda Demokrasi di Indonesia telah Kiamat sejak pelantikan Jokowi sebagai Presiden.

Bersiaplah untuk Ditangkap dan Selamat Menantikan Kematian Demokrasi dan Selamat DatangRezim Otoriter Indonesia Baru

UNTUK yang sukanya hanya Komentar, INGAT!

"RAKYAT BEBAS BICARA"

Jakarta, Desember 2014

ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline