Lihat ke Halaman Asli

Adi Supardi

Penikmat Kopi dan Pecinta Buku

Riffat Hasan: Wawasan Gender 3

Diperbarui: 18 Juli 2020   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wanita Bercadar (Sumber Gambar Wolipop)

Geneologi Riffat Hasan

Riffat Hasan seorang feminis Lahore, Pakistan. Memperoleh gelar Ph.D. pada filsafat Islam dari university of Durham, Inggris. Sejak tahun 1976, tinggal di Amerika Serikat, menjabat sebagai ketua Jurusan Religious Study Program di University of Louisville, Kentucky. Lalu tahun 1986-1987 menjadi dosen tamu di Divinity School Harvard University, dimana Ia menulis bukunya yang berjudul "Equal Before Allah". Sejak tahun 1974 Ia gemar mengkaji teks Alquran secara seksama dan melakukan interpretasi terhadap ayat-ayat Alquran khususnya yang berhubungan dengan persoalan perempuan. Ia memberikan sumbangan besar terhadap gerakan sosial perempuan di Pakistan.

Latar belakang geneologi seseorang, akan banyak memengaruhi perjalanan hidupnya. Demikian menurut para ahli jiwa, atas dasar ini, penulis merasa perlu untuk mendeskripsikan latar belakang geneologi Riffat Hassan untuk mengungkap gambaran kehidupan yang akan mengantarkannya sebagai seorang pemikir feminis yang amat berpangaruh pada akhir abad kedua puluh dan kedua puluh satu ini.

Ayahnya adalah seorang patriarkhi yang dihormati dan disukai karena aktivitas sosialisnya. Ibunya adalah anak Hakim Ahmad Shuba, seorang penyair, dan cendikiawan terkemuka serta kreatif. Ayah dan ibu Riffat Hassan berasal dari kalangan keluarga paling tua dan paling terkemuka di kota itu, keduanya merupakan orang tua teladan karena telah memberi jaminan hidup yang baik.

Mereka tinggal di sebuah perumahan yang luas dengan sebuah mobil mewah (kala itu hanya orang kaya raya saja yang memilikinya), dan sebuah rumah dengan para pembantu yang melakukan semua tugas-tugas domestik. Di sini lah Riffat Hassan melewati 17 tahun pertama (masa kanak-kanak) dan hidupnya.

Ayahnya adalah seorang tradisionalis dan patriarki sejati, yang mempunyai keyakinan mengenai peranan seks, bahwa yang terbaik bagi gadis-gadis adalah kawin diusia 16 tahun dengan seorang pilihan orang tuanya. Sebaliknya ibunya mempunyai pandangan dan cara hidup yang bertolak belakang dengan ayahnya. Ibunya tidak mau mengamini dengan tradidi tradisional, Ia menolak  paham kultur yang meneguhkan inferioritas dan ketundukkan perempuan kepada laki-laki.

Dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya, ibunya tidak tunduk pada ayahnya. Ibunya lebih memperhatikan anak perempuannya daripada anak laki-lakinya. Dalam pandangan ibunya mendidik perempuan lebih penting daripada anak laki-laki, karena anak perempuan yang lahir dalam masyarakat Muslim akan menghadapi rintangan (partiarkhis) yang sangat hebat.

Pandangan dan  disiplin cara hidup ayahnya yang demikianlah, membuat Riffat tak pernah berhubungan baik dengan ayahnya. Pada masa anak-anak Riffat menolak mentah-mentah terhadap ayahnya yang mengkhususkan sekolah ke khusus sekolah perempuan.

Pada masa remaja Riffat menjadi pemberontak yang bandel terhadap pandangan dan sikap tradisional yang memiliki pandangan sebagaimana budaya partiarkhi ayahnya. Riffat juga berhasil menolak keinginan dan tradisi ayahnya yang tidak dapat dielakkan oleh saudara-saudara perempuannya untuk menikah di usia 16 tahun. Keberhasilan itu tak lepas dari dukungan dan perlindungan ibunya yang Ia kategorikan sebagai feminis radikal.

Perbedaan prinsip kedua orang tuanya, menyebabkan Riffat kecil tumbuh sebagi anak yang terlalu peka, sangat pemalu, dan sangat kesepian. Ia menyukai manarik diri dari dunia luar menuju realitas batin. Dalam dunia ini, ia menemukan tiga hal yang telah memungkinkannya untuk melepaskan diri dari kehancuran hati dan kesulitan hidup, yaitu: keyakinan yang kokoh terhadap Tuhan yang Adil dan Penyayang, seni menulis puisi dan kecintaannya yang mendalam terhadap buku. Keyakinan kepada Tuhan telah membentuk pendangnnya di masa kanak-kanak, bahwa hidup adalah jihad fii sabiilillah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline