Bagi saya, laut adalah hal yang paling menakutkan. Terlalu banyak ketakutan-ketakutan yang saya rasakan tentang laut, kedalaman laut yang gelap, hingga hal-hal mengerikan apa saja yang ada didalam laut. Tetapi, dalam perjalanan saya ke Batulicin ini, saya akan menceritakan bagaimana hilangnya rasa-rasa takut itu.
Di mulai dengan lebaran Idul Fitri pada bulan April lalu, saya dan keluarga besar saya berkunjung ke rumah nenek dan kakek di Makassar tepatnya di Kabupaten Barru. Suasana disana tidak begitu ramai, cuaca disana juga sangat panas melebihi Kota Yogyakarta ini. Oh iya, saya saat ini ber-domisili di Yogyakarta untuk berkuliah di salah satu Universitas yang berada didekat Merapi. Saat di Kabupaten Barru kemarin adalah hari pertama seluruh keluarga saya berkumpul senjak beberapa tahun belakangan ini. Saya dan keluarga besar saya sangat menikmati liburan bersama disana.
Selang beberapa minggu setalah menikmati liburan di Kota Makassar, Kabupaten Barru, kami juga mengunjungi beberapa tempat yang berada di Kabupaten Pare-Pare. Menurut saya, Makassar adalah kota yang sangat padat dan masyarakatnya kurang tertib pada lalu lintas jalan disana. Macetnya jalan yang melebihi Kota Jakarta membuat saya heran selama berada di sana. Tetapi dibalik itu, menurut saya Kota Makassar sama seperti Kota Yogyakarta yaitu kota pelajar.
Sebelum mengakhiri liburan saat itu, saya dan beberapa anggota keluarga saya memutuskan untuk pergi ke salah satu Ibu Kota yang berada di Kalimantan Selatan, yaitu Batulicin Ibu Kota dari Kabupaten Tanah Bumbu. Ini kali pertama saya untuk pergi kesana, untuk sampai kesana kami menggunakan kapal dengan tujuan Makassar-Batulicin dan memakan waktu 24 Jam.
Ini merupakan kali pertama saya menaiki kapal setelah 16 tahun lamanya, karena terakhir kali saya menaiki kapal adalah pada saat saya berusia 3 tahun. Pikiran saya saat itu adalah “bagaimana saya akan melawan rasa takut saya dengan laut nanti?”, “apakah akan baik-baik saja di dalam kapal?”, atau “apakah signal di tengah laut nanti lancar?”. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membebani saya sebelum pergi ke sana. Di balik itu, saya tau bahwa saya harus melawan semua rasa takut dan pikiran-pikiran saya itu. Karena saya ingin pergi ke Batulicin maka saya harus melewati itu semua.
Sampai dengan tiba-nya hari dimana kami menaiki kapal dengan tujuan Batulicin. Saya melihat kapal yang cukup besar dari luar, dan melihat ke arah laut yang saya tau akan melewati perjalanan yang cukup panjang semalaman ditengah sana. Seperti pada perjalanan saat naik pesawat, kami menukarkan tiket, menimbang bagasi, mendapaatkan nomor tempat tidur hingga mendapatkan jatah makan setiap pagi-siang-malam. Saya dan keluarga saya menaiki kapal tersebut dan mengambil tempat sesuai dengan nomor yang diberikan, di dalam kapal juga terlihat bersih, begitupun kamar mandi didalamnnya.
Di area kapal, kami dibagikan dalam beberapa blok kamar, yang 1 bloknya berisikan 7 deret tempat tidur dan 35 kasur, di masing-masing deretnya berisikan 5 kasur sesuai dengan nomor penumpang. Terdapat 2 katin yang menjual makanan ringan hingga beberapa makanan berat. Kantin yang paling sering saya kunjungi adalah kantin yang terdapat di lantai paling atas, karena disana saya bisa melihat langsung laut biru, langiit, dan pemandangan sekitar lainnya.
Saya dan keluarga saya sangat menikmati perjalanan di dalam kapal, kami bercerita, mengobrol dengan orang baru, dan bersantai di kantin. Hanya itu yang bisa kami lakukan karena tidak ada signal di tengah laut. Karena perjalanan ini memakan waktu cukup lama dan tanpa signal, pastinya saya dan keluarga saya terkadang merasa bosan dan hanya ter-tidur selama berjam-jam.
Saya terus memandangi laut dan sekelilingnya, walaupun yang saya lihat hanya laut kosong, burung-burung ber-tebrangan dan awan biru yang sangat cerah. Tetapi dengan begitu, saya bisa menghilangkan rasa takut saya terhadap laut. Saya percaya bahwa laut merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang sangat indah. Disana juga sangat banyak anak kecil yang bermain, menangis, dan menonton.
Di sore hari, sekitar jam 15.00-an, saat saya sedang melihat air laut di bawah kapal, saya melihat Ikan lumba-lumba yang cukup banyak. Saya berteriak dan membertahu keluarga juga orang sekitar bahwa ada lumba-lumba di bawah sana. Perasaan saya saat itu sangat senang, saya bisa melihat ikan lumba-lumba di laut secara langsung, Wahh!! Itu adalah pengalaman terbaik saya. Langit sore di tengah laut juga sangat indah, mendengar suara laut juga sangat indah, dan memandangi air laut yang dilalui kapal pun juga indah.