Suatu saat seorang guru memberikan pertanyaan dalam ujian uraian kepada anak didiknya. Pertanyaan itu menanyakan "bagaimana pendapat anda tentang...?". Setelah ujian selesai dan mereka melakukan evaluasi secara bersama-sama,banyak sekali anak-anak tersebut yang mengalami kekecewaan. Kekecewaan mereka karena pada soal uraian yang menanyakan tentang pendapat mereka dianggap salah oleh guru tersebut. Guru hanya membenarkan jawaban yang sesuai dengan pendapat guru tersebut.
Inilah gambaran singkat tentang pendidikan di Indonesia. Pengalaman saya sendiri selama mengennyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi,selalu berpendapat sesuai dengan guru atau dosen yang memberikan materi karena nilai sebagai taruhannya. Pada tingkat perguruan tinggi masih diberikan ruang untuk bersikap kritis. Hanya ad beberapa dosen yang masih bertujuan untuk mencetak burung beo di lingkungan pendidikan.
Kurangnya keberanian anak-anak sekarang dalam menyampaikan pendapat juga dipengaruhi oleh hal tersebut. Mereka takut jika tidak sepaham dengan guru atau dosen tersebut. Mereka takut dinilai bodoh ole guru/dosen mereka dan malu ditertawakan oleh teman-teman mereka. Padahal sifat kritis dan berani mengungkapkan pendapat inilah yang seharusnya dilakukan. Namun banyak sekali anak-anak yang hanya meniru dan mengulang kembali yang dikatakan guru atau dosen mereka tanpa tahu apa yang dimaksud. Lebih parah lagi banyak yang berbicara tanpa tahu kebenaran dari apa yang ia katakan. Inilah yang saya katakan bahwa pendidikan hanya mencetak dan membentuk anak-anak menjadi burung beo saja. Burung beo yang hanya bisa mengatakan apa yang pernah ia dengar dan tidak tahu apa yang ia katakan. Tulisan ini saya buat agar mamberikan kritik kepada lingkungan pendidik yang ada agar memberikan ruang untuk anak-anak memberikan pendapat tanpa adanya tekanan.Semoga saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H