"I'll be there for you..."
Ah... kalimat itu udah berlalu. Biasanya kalimat itu ditujukan untuk orang-orang terdekat. Keluarga, sahabat, bahkan pasangan. Tapi nampaknya memasuki usia yang udah gak muda, kalimat itu sekarang jadi terdengar asing.
Bulan Ramadan merupakan momen-momen yang paling menyenangkan, karena di bulan ini penuh keberkahan dan menjadi ladang amal untuk umat Muslim di dunia. Biasanya di bulan Ramadan, grup Line, WhatsApp, Facebook, dan Instagram dipenuhi undangan untuk buka puasa bersama teman-teman. Seru sih, tapi siap-siap aja kantong jadi kering hehehe.
Saya termasuk orang yang gak punya teman banyak, tapi ada beberapa orang yang bisa dikatakan teman dekat dan bisa dihitung jari. Bukan berarti saya sedih gak punya teman banyak, cuma saya suka pusing sendiri kalau udah kumpul rame-rame, dan kadang gak betah dengan berbagai sifat manusia yang berbeda-beda jenisnya. Saya lebih suka bergaul dengan teman yang satu frekuensi!
Biasanya yang saya lakukan dengan teman-teman ketika nongkrong adalah berdiskusi. Berdiskusi dengan teman-teman yang satu frekuensi memang indah, memandang apa gunanya hidup, menceritakan kisah jerih payah mencari uang, sampai cinta tanpa mendebat, tapi kita saling melengkapi.. :)
Sebetulnya, beberapa tahun yang lalu, saya punya belasan teman dekat, tapi seiring berjalannya waktu, seleksi alam pun bekerja, akhirnya saya mengeliminasi beberapa teman yang saya anggap gak satu frekuensi lagi. Kenapa harus satu frekuensi?
Karena dalam setiap pertemanan pasti melibatkan minat atau ketertarikan yang sama, bahkan konektivitas obrolan. Itu yang menjadi ukuran kedekatan emosional dengan teman semakin akrab. Memilih teman yang satu frekuensi sama seperti kita memilih pasangan, memilih orang yang tepat dan mengeliminasi yang gak cocok.
Singkatnya dua tahun lalu, saya punya belasan teman dekat (sahabat). Kita sering menghabiskan waktu untuk nongkrong di cafe, nonton bioskop, nyalon bareng, dan lain-lain. Tapi seperti yang saya sebutkan diatas, seleksi alam bekerja.
"Lama-kelamaan teman yang gak satu frekuensi akan menjauh secara perlahan atau kita sendiri yang mengeliminasinya."
Ada yang aneh dari salah seorang teman. Seperti yang kita tahu disaat kondisi teman lagi happy, pastinya dia ikut merasakannya juga dong. Tapi yang ini berbeda. Dia gak merasakan hal itu ketika saya happy dan malah menggiring opini lain dengan teman-teman lainnya. Yang bikin geleng-geleng kepala, teman saya yang satu ini bisa disebut parasit.