Lihat ke Halaman Asli

Ketika Hidupmu Difilosofikan Layaknya Awan

Diperbarui: 9 Agustus 2016   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

" Perjalanan awan telah panjang , ada kalanya ia jatuh ke permukaan bumi . menyentuh tiap makhluk ciptaan-Nya yang memohon akan air hujan turun membasahi tiap sudut kekeringan dan kedahagaan . namun apakah awan harus rela turun dan terjatuh ketika ia sudah berada dipuncak impian akhir perjalanan nya ? "

Jawaban pasti ialah ya , ia harus bisa merelakan

Bayangkanlah diri kita sebagai sang awan . tercipta dari uap air yang hingga kita bangkit naik ke langit oleh cahaya sang surya . tenang lah , bahwa tiap langkah untuk meraih impian akan selalu ada yang menuntunmu bak cahaya sang surya menuntun uap air .

Namun ketika kita sudah dituntun hingga berada diatas , tidak selalu pasti kita berada disana karena hidup layaknya roda yang selalu berputar mengikuti arahnya .

Terjatuh.

Ada kalanya ia terjatuh ke permukaan bumi . menyentuh tiap makhluk ciptaan-Nya yang memohon akan air hujan turun membasahi tiap sudut kekeringan dan kedahagaan. namun apakah awan harus rela turun dan terjatuh ketika ia sudah berada dipuncak impian akhir perjalanan nya ?

Ketahuilah bahwa ketika kita terjatuh bukan lah saat dimana kita harus berhenti berjalan , menutup telinga bahkan menutup mata .

Bukalah hati ketika kita menjadi lumpuh . karena itulah satu satunya hal yang masih bisa dirasakan ketika kita meronta ronta meminta keadilan . bukan kah ini adil ? air hujan akan turun membasahi makhluk ciptaan-Nya yang memohon akan dirinya bisa menjadi satu satunya yang membasahi seluruh sudut kekeringaan dan kedahagaan alam .

Ketika itupun awan tersadar . ialah yang memberikan kebahagiaan alam meskipun ia harus rela mengorbankan dirinya untuk kembali menjadi air . awan mengingat awal kisahnya ketika ia meninggalkan air yang lain saat ia harus berubah menjadi uap air . disinilah letak keadilan .

awan pun kini merelakan dengan ikhlas

karena yang ia tahu bahwa meski kini ia menjadi titik titik hujan , suatu saat ia akan kembali menguap hingga menjadi awan oleh tuntunan sang surya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline