Lihat ke Halaman Asli

adi setiawan

Freelance

Mengenal Hukum Infotainment dalam Perspektif Islam

Diperbarui: 12 Juli 2023   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era modern ini, industri hiburan telah mengalami perkembangan yang pesat, terutama dalam bentuk infotainment. Infotainment merupakan singkatan dari "informasi" dan "hiburan," merujuk pada program televisi, radio, dan media digital yang menggabungkan informasi dan hiburan dalam satu paket. Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan mengenai kesesuaian praktik infotainment dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam perspektif Islam, masalah yang terkait dengan infotainment perlu dilihat dari sudut pandang moralitas, etika, dan nilai-nilai Islam yang mendasari perilaku seorang Muslim. Agama Islam memberikan pedoman yang jelas dalam mengatur hubungan manusia dengan Allah dan sesama manusia. Oleh karena itu, untuk memahami hukum infotainment dalam perspektif Islam, penting untuk merujuk pada prinsip-prinsip Islam yang mendasarinya.

Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah menjaga kehormatan, harga diri, dan privasi seseorang. Islam menekankan pentingnya menjaga integritas individu dan melindungi martabat manusia. Infotainment sering kali mencakup konten yang berpotensi melanggar hak privasi seseorang, mencemarkan nama baik, atau memanfaatkan kelemahan orang lain demi mendapatkan popularitas. Oleh karena itu, dalam perspektif Islam, tindakan semacam itu dapat dianggap tidak etis dan melanggar nilai-nilai agama. Selain itu, dalam Islam terdapat juga prinsip keadilan dan kebenaran. Islam mengajarkan bahwa informasi yang disampaikan harus benar, jujur, dan adil. Infotainment sering kali memberikan berita yang terdistorsi, rumor, atau berita palsu demi menarik perhatian dan meningkatkan jumlah pemirsa. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya kebenaran dalam menyampaikan informasi.

Dalam konteks ini, peran media juga menjadi penting. Islam mengajarkan bahwa media memiliki tanggung jawab sosial untuk menyampaikan informasi yang berkualitas, bermanfaat, dan tidak merugikan. Media harus berperan sebagai sarana penyampaian pesan yang memperkuat moralitas dan etika dalam masyarakat. Namun, dalam praktiknya, infotainment sering kali memprioritaskan sensasi, kontroversi, dan hiburan yang merugikan kepentingan umum. Penting bagi masyarakat Muslim untuk memahami dan mengenali hukum infotainment dalam perspektif Islam. Penelitian mendalam, pemahaman terhadap prinsip-prinsip Islam, dan kritis dalam mengonsumsi konten media merupakan langkah-langkah penting untuk menjaga moralitas, etika, dan nilai-nilai agama dalam era infotainment yang semakin berkembang pesat,kita akan membahas lebih lanjut tentang mengenal hukum infotainment dalam perspektif Islam. 

Kita akan mempertimbangkan argumen-argumen yang mendukung atau menentang praktik-praktik infotainment tertentu, serta melihat bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterapkan dalam dunia hiburan modern. Sebelum bicara masalah hokum, menonton dan mendengar acara infotainment, harus diketahui dahulu hukum dari infotainment itu sendiri. Hukum infotainment tergantung kepada konten atau isinya, jika berisi sesuatu yang bermanfaat dan mengandung nilai-nilai pendidikan, serta pengalaman-pengalaman yang berharga, tentunya boleh dan dianjurkan. Tetapi sebaliknya jika isinya hanya mengungkap keburukan- keburukan seseorang yang belum tentu benar adanya, maka hukumnya haram.

Bagaimana dengan ghibah yang kemudian tetap ditanyakan kebenarannya (tabayyun) kepada pihak yang bersangkutan, seperti halnya wartawan infotainment? Selama kejelekan yang disebarkan itu tidak ada kepentingan kecuali hanya untuk mendulang dollar, maka hukumnya tetap haram, walaupun kadang yang disebarkan itu adalah benar. Kemudian apa tujuan disebarkannya kejelekan tesebut kepada masyarakat umum ? Kita harus memperhatikan teguran keras dari Allah kepada orang-orang yang menyukai perbuatan-perbuatan jelek agar tersebar di kalangan masyarakat, sebagaimana yang terdapat di dalam surat An Nur : 19 "Sesungguhnya orang-orang menyukai berita perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang- orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akherat dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Sebagai contoh seorang selebriti terkenal, yang dikenal karena karirnya yang sukses dan popularitasnya, tiba-tiba menjadi berita utama di berbagai program infotainment. Infotainment ini dengan cepat mengekspos masalah pribadi selebriti tersebut yang terkait dengan kehidupan pernikahan mereka. Mereka secara detail membahas perpisahan mereka, konflik yang terjadi, dan detail-detail pribadi lainnya tanpa memperhatikan hak privasi selebriti tersebut. Dalam perspektif Islam, privasi adalah hak yang harus dihormati dan dijaga.

Mengekspos masalah pribadi dan kehidupan pernikahan seseorang tanpa izin adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Islam mengajarkan perlunya menghormati integritas dan harga diri individu, dan itu termasuk menjaga privasi mereka. Dalam kejadian ini, infotainment juga menggambarkan cerita yang tidak diverifikasi atau berita palsu tentang alasan di balik perpisahan selebriti tersebut. Mereka menyebarluaskan rumor dan informasi yang belum terbukti kebenarannya. Dalam Islam, prinsip kebenaran sangat penting. Menyebarkan berita palsu atau rumor dapat merusak reputasi seseorang dan melanggar nilai- nilai kebenaran yang diajarkan oleh agama Islam.

Infotainment sering kali menciptakan konten yang bersifat sensasional dan kontroversial untuk menarik perhatian dan meningkatkan popularitas mereka. Mereka mungkin mempermalukan atau mencemarkan nama baik individu tanpa memikirkan dampak negatif yang mungkin timbul. Islam menekankan tanggung jawab sosial media untuk menyampaikan informasi yang bermanfaat, berkualitas, dan tidak merugikan masyarakat secara keseluruhan. 

Dalam perspektif Islam, infotainment sering kali melanggar prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama. Mengekspos kehidupan pribadi tanpa izin, menyebarkan berita palsu, dan menciptakan konten yang merugikan orang lain bertentangan dengan prinsip privasi, kebenaran, dan tanggung jawab sosial dalam Islam. Privasi harus dihormati dan dijaga, kebenaran harus diutamakan dalam menyampaikan informasi, dan media harus bertanggung jawab untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Studi kasus yang diuraikan menggambarkan bagaimana infotainment sering kali mengorbankan privasi individu, menyebarkan berita palsu, dan menciptakan konten sensasional yang merugikan.

Penting bagi individu Muslim untuk menjadi konsumen yang kritis dan selektif dalam mengonsumsi konten media, serta mendukung media yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam.Dalam era infotainment yang terus berkembang, pemahaman terhadap hukum infotainment dalam perspektif Islam sangat penting. Hal ini memungkinkan individu Muslim untuk menjaga moralitas, etika, dan nilai-nilai agama dalam interaksi mereka dengan media. Dengan menjadi konsumen yang cerdas dan mempromosikan media yang menghormati privasi, menyampaikan informasi yang benar, dan memberikan manfaat nyata, kita dapat membangun masyarakat yang lebih bermartabat dan sesuai dengan ajaran Islam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline