Lihat ke Halaman Asli

Adiratna Safir

toeanpelaoet

Puisi | Bahwa

Diperbarui: 28 April 2020   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image from: Unsplash.com

Bahwa setelah pergimu
aku menjadi menerima kesendirian yang sunyi.
Jasadku tandas di gurun hampa yang menjadi
badai saat rinduku memanggil manggil namamu.
Tanpa suaramu, gurun menjadi tempat
penghukuman paling pantas untuk safirmu.

Bahwa setelah pergimu
aku menjadi penyair yang kosong.
Sajak yang kaubaca dulu adalah jiwamu
yang kujadikan puisi, lantas sekarang
aku menjadi penyair yang terlunta lunta
kehilangan puan yang jiwanya adalah puisi yang agung. 

Bahwa setelah pergimu
aku mengikhlaskan air yang menjadi
pekat ketika lidahku merindukan kesegaran.
Bibirku menjadi pantai yang memanjang,
sedangkan suara ombak berbisik
secara pelan, sangat pelan. 

"Kasihku, kasihku, kasihku."

Bahwa setelah ini akan ada itu,
setelah pergimu akan ada datangmu,
setelah pisah akan ada rekat,
setelah sakit akan ada bahagia.

Bahwa mencintaimu tidak akan pernah mudah.

Kendari, 26 April 2020 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline