Pernah kesal dan kecewa dengan orang lain? Pasti. Pernah tidak sependapat dengan orang lain, bahkan kita pernah bersusah payah untuk mempertahankan argumen kita untuk dihargai? begitulah siklus perputaran hidup di dunia. Makin umur kita bertambah, dan kedewasaan kita juga makin meningkat semua hal di atas tentu pernah kita alami, bahkan bisa jadi kita pernah kesal dengan diri sendiri. Namun pernahkah kita berdamai dengan diri sendiri atau orang lain? Tentu tidak semua orang bisa.
Sebagai insan yang gerak gerik dan hati kita dalam genggaman Nya tentu berserah diri dan mempercayakan semuanya kepada Allah adalah hal yang wajib dilakukan. Tentu dengan upaya dan usaha kita menjalankan ikhtar juga tidak ditinggalkan.
Kadang kita merasa khawatir dengan perjalanan hidup kita, khawatir dengan pandangan orang terhadap kita, khawatir ada yang tidak suka maupun pembenci kita di luar, bahkan terkadang mungkin dihinggapi kekhawatiran yang berlebihan sehingga membuat kita tidak nyaman, tidur tidak nyenyak, terganggu kesehatan bahkan mengalami stres yang tinggi.
Husnuszan atau perprasangka baik atau dalam istilah inggris positive thingking mempunyai beberapa kelebihan untuk diri kita dan orang lain. Perpikir positif dan menjalani kehidupan dengan energi positif, hati yang bersih, tidak berprasangka dengan sangkaan buruk terhadap perilaku, perkataan dan penilaian orang lain kepada kita.
Husnuzan terbagi kepada tiga, yaitu husnuzan kepada Allah. Yaitu selalu berpikir positif bahwa apa yang telah atau akan ditentukan Allah untuk kita adalah yang terbaik bagi Allah walau dalam pikiran/pandangan kita itu sungguh tidak sesuai dengan keinginan kita. Namun harus diyakini bahwa Allah yang menciptakan kita dan mengatur kita tentu Allah yang lebih tahu yang tepat dan sesuai dengan diri kita.
Kedua adalah husnuzan kepada orang lain. Berprasangka baik kepada orang lain, yakinlah apa yang dilakuan, dibicarakan orang lain itu hal-hal yang baik terhadap kita. Susah memang, tapi harus dicoba, bukankah Allah perintahkan kita untuk perprasangka baik dan menjauh-jauhkan prasangka jahat kepada orang lain. sebagaimana firmanNya
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12).
Ketiga husnuzan kepada diri sendiri. Yaitu, yakin, percaya diri atas kemampuan kita, optimis dengan kebaikan yang kita lakukan. Tidak insecure yang mengakibatkan was-was, cemburu, selalu menanyakan pendapat orang lain terhadap dirinya atau bahkan membandingkan diirinya kepada orang lain.
Sikap husnuzan tidak akan merugikan kita dan orang lain. Seandainya apa yang kita husnuszan-kan itu salah/melesat (tetap hal buruk yang terjadi) kita tetap diberi pahala oleh Allah karena kita telah menjalankan perintahNya. Namun ketika kita mempunyai sikap berprasangka buruk walaupun tepat/terbukti, itu merupakan sebuah kesialan dan terharamkan kebaikan kepada kita.
Sikap ini mempunyai hikmah yang besar, diantaranya kita salalu bersifat optimis, berprilaku baik dengan teman dan orang lain, bersabar, memeriksa kebenaran berita, selalu bersyukur, mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kepasrahan kepada ketentuan Allah dan menerima takdir dengan hati yang bersih dan lapang.