Lihat ke Halaman Asli

ADI PUTRA (Adhyp Glank)

Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

Falsafah Pancasila dalam Pencak Silat sebagai Sejarah Budaya Leluhur tertua di Dunia

Diperbarui: 23 Desember 2022   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi "Melawan Kekusutan Hidup", Sumber Foto : Adhyp Glank

Kita mengenal pencak silat saat ini hanya sebagai bela diri khas Nusantara, padahal jika kita menggali lebih dalam bahwa pencak silat merupakan ajaran kemuliaan dengan beragam falsafah yang ada dalam gerakan dalam jurus atau kembangannya.

Kita juga mengetahui bahwa beberapa negara yang identik dengan Bela diri seperti Cina dan Jepang, identifikasi tentang Ajaran zen yang merupakan pendahulu ajaran kuno "Tao" di Cina yang menjadi sumber asal usul tujuan seseorang belajar bela diri dan dijadikan sebagai landasan atau dasar falsafahnya.

Ajaran Zen ini merupakan ajaran Budaya yang ditujukan untuk mengedepankan unsur kemuliaan dan penegakkan kebenaran berdasarkan ajaran Nenek Moyang yang lebih mengutamakan Budi Pekerti tentang kebijaksanaan daripada kekerasan, ini selaras dengan uraian makna filosofis, makna Philo dan Sophia dalam bahasa Yunani berarti cinta akan kebijaksanaan.

Pemaknaan Zen secara sederhana adalah ajaran yang bersumber dari ajaran budaya nenek moyang atau para pendahulu, seperti halnya ajaran "Kabuhunan"dan "Karuhun" pada naskah-naskah tua Sunda dan jawa yang di identikkan sebagai leluhur pendahulu, atau dalam bahasa Papua disebut dengan "Mallin" yang berarti "Induk/indung" yang secara kontekstual di nalar sebagai moyang atau para pendahulu yang melahirkan keturunan manusia. 

Membedah Pencak Silat sebagai Ajaran Leluhur Bangsa bukan hanya sebagai proses pembelaan diri namun lebih mendalam bahwa Pencak Silat merupakan pembelajaran akhlak dan Budi pekerti berdasarkan Nilai-nilai seperti yang terkandung dalam Pancasila yakni nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai musyawarah dan nilai keadilan. Jika kita telisik bahwa ajaran Zen essensinya adalah nilai-nilai Pancasila.

"Pendekar" merupakan kata sandang yang kerap diidentikkan dengan seseorang yang mampu dan mahir beladiri, sosok Pendekar dianggap sudah dapat dilepas dalam alam liar yang membawa misi kebajikan dalam proses berkelana di atas bumi. 

Ajaran Falsafah mengenai hal ini nampak pada simbolisme persyaratan awal proses pembelajaran silat bagi calon pendekar, bahwa ada semacam ritual yang mengingatkan tentang pentingnya kehidupan, untuk mengharumkan nama baik dan mengingatkan kepastian perihal datangnya kematian pada proses awal calon pendekar memulai belajar silat, kita masih dapat melihat dibeberapa wilayah yang masih menjalankan proses "seserahan" dari orang tua kepada guru silat, sambil memberikan "beras, kain putih, kembang/bunga 7 rupa, sirih, bekakak (Ayam Bakar) dan Alqur'an".

Proses "pupuh Mata" dan "Urut" dalam tahapan proses ritual belajar silat yang menjadi ciri di wilayah Pasundan dan Betawi, bahwa tersirat makna bahwa menjaga pandangan dari kesilauan dunia (harta, tahta, wanita/pria), karena dalam perjalanan akibat kelalaian pandangan mata seseorang dapat mencelakakan, kelalaian menjaga pandangan mata yang dapat menjadi cikal bakal dosa, dan karena dosa manusia mendapat celaka atau musibah yang diyakini karena dosa menjadi hukuman bagi manusia masuk ke dalam neraka pasca kematian (Ankara).

Dalam pandangan rasional bahwa komposisi bahan baku pemupuhan mata terdiri dari tumbuhan obat-obatan tradisional yang biasa digunakan untuk merawat mata agar sehat, seperti kembang ki korejat (mirip terompet berwarna putih), kembang Teleng ungu, sirih, jeruk nipis, batu sipat mata (dipakai para pendekar Betawi) dan bahan lain sebagainya, hal ini digunakan untuk menjaga pandangan agar tetap bagus mendukung pandangan dan penglihatan pada gerakan lawan dalam kondisi siang ataupun malam.

Kemudian, mengenai Pola Gerakan silat yang penuh keberagaman, gerakan atau jurus merupakan perasan (essensi) dari karakteristik isi alam semesta (naturalisme) yang menjadi nama bagi jurus yang ada pada pencak silat, nama hewan, tumbuhan ataupun nama-nama benda yang menandai bahwa kedekatan pendekar dengan alam sekitar sebagai pengingat kampung halaman  tempat tinggal dan berlindung dan kembali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline