Lihat ke Halaman Asli

ADI PUTRA (Adhyp Glank)

Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

Mata Air Pancasila sebagai Filsafat Kehidupan Dunia

Diperbarui: 17 Desember 2022   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lambang Burung Garuda, sumber : Kompas.com

Mata Air Pancasila : menarik simpul-simpul sejarah peradaban sebagai mata air filsafat Pancasila.

Keberlangsungan petualangan bangsa dalam menggali peradaban Pra-Indonesia, Pra-Majapahit, Sundaland yang tidak kalah dengan pabrikasi filsafat dunia, penggalian sumur-sumur sejarah dari beragam sumber dan menjadikannya sebagai kebangkitan Filsafat Pancasila dengan rantai dan sumber yang tertuang dalam naskah-naskah lama dan karya kesusasteraan yang ada di Indonesia dan tersebar ke Inggris, Belanda dan Negara lainnya.

Kebangkitan dalam interkoneksi pandangan hidup dalam Pancasila bukanlah menjadi sesuatu hal yang dianggap tabu, hal yang perlu diperhatikan adalah menepis pesimism dan setiap pelemahan atas ikhtiar yang dilakukan dalam menumbuh kembangkan falsafah Pancasila sebagai ideologi dunia pra modernisme meskipun beranjak dari rantai masa pra-sejarah.

Perwujudan galian-galian nilai yang hadir untuk .engobati Iklim peradaban pasca modern yang tidak sedikit mengikis kepedulian dan pola pikir anak bangsa sehingga melupakan kehebatan sejarah nenek moyang bangsa dalam kegemilangan ilmu pengetahuan, mengangkat kembali bahwa pra-Indonesia merupakan sumber penghasil peradaban budaya tertinggi didunia melalui sebaran-sebaran ajaran budaya dan kaum terdidik di masa lampau.

Ini akan menjadi tolak ukur yang sederhana bahwa kebangkitan dan kepercayaan diri bangsa tidak ternegasikan oleh sejarah versi kolonialis yang disodorkan melalui pintu-pintu pendidikan dalam negara yang cukup panjang. Tentunya Penggalan-penggalan sejarah akan selalu menjadi polemik dalam menilai dan menyikapi hasil-hasil atau output yang menjadi narasi deskripsi setiap orang yang mengembangkan filsafat Pancasila.

Perbedaan pandangan tidak akan mereduksi nilai-nilai karena essensi yang menjadi serapan bagi perwujudan itu telah baku ada pada lima sila yang utama dalam Pancasila. 

Refleksi hari Kelahiran Pancasila hanyalah suatu seremonial dari hasil pengetatan,  setiap perilaku dan perbuatan dalam nafas keseharian kehidupan perjalanan bangsa ini dari masa ke masa. sesungguhnya Pancasila merupakan Budaya yang ada dalam dimensi kehidupan umat manusia nenek moyang Indonesia sejak masa lampau.

Pertarungan ideologi dunia tidak begitu mempengaruhi dalam perjalanan hingga teori moralitas yang ada pada Budaya Bangsa tidak pernah pupus meskipun digempur oleh beragam macam peradaban dengan penawaran ideologi yang begitu gencar, dikarenakan teori yang datang tersebut hanyalah tulisan tanpa realitas hidup, hanya penjelasan-penjelasan tanpa perlakuan penyelesaian dalam sendi kehidupan, Bangsa yang besar tidak terpengaruh dalam nilai tawar rendah tanpa keutuhan fakta yang disajikan oleh peradaban-peradaban sebelah.

Rekonstruksi Nilai Pancasila menjadi suatu Penjabaran dari Konklusi Nilai-nilai yang aktif dan tumbuh yang tersistem dengan Pola Pandang multietnis yang dinarasikan sebagai teori perbuatan yang bersifat mulia dan beradab. Sehingga eksistensi narasi dalam teori falsafah Pancasila dapat dicirikan mengusung Nilai-nilai kebaikan dan kebenaran secara Universal. Harapannya menjadi stimulan bagi pola hidup Bangsa menjadi pesona budaya yang tak tertandingi dengan reaksi penerimaan inklusifitas pada siapapun yang membaca dan mengenal Pancasila sebagai Landasan Ideologi Negara yang tidak tertandingi dalam kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline