Sebuah pesan singkat diterima Handphone seorang penyuluh perikanan dari masyarakat “maaf mas, ini demo perwakilan dari ibu-ibu… kok harga ikan lele ndak turun-turun… semenjak 3 bulan lalu harga Rp 18.000/kg di pasar.. padahal anak saya suka sekali dengan ikan lele… yo saya titip saran untuk pak mentri KKP untuk ngasih subsidi harga ikan lele.. agar protein hewani bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.. Makasih ya mas…”
Berbeda dengan hasil perbincangan dengan pembesar ikan nila merah yang dikunjunginya pada siang hari. Pembudidaya ikan merasa gerah dengan permintaan pasar ikan nila yang kurang bergairah. Keinginan mendapatkan hasil keuntungan panen maksimal sepertinya kandas dengan banyaknya ikan nila merah miliknya di kolam ukuran 500 gram belum ada konsumen ataupun bakul yang meliriknya
Kembali sang penyuluh berpikir ulang dengan pesan sms dan perbincangannya dengan pembudidaya ikan. Di satu pihak, masyarakat membutuhkan asupan protein hewani yang terjangkau sedangkan dilain pihak biaya produksi terus meningkat.
Bagi pembudidaya ikan air tawar, kegiatan usaha yang mereka lakukan dalam urusan benih, pakan, dan pemasaran tidak pernah mendapat sentuhan langsung oleh pemerintah. Untuk melakukan usaha, kolam ikan harus di modali sendiri. Benih ikan dan pakan selama ini belum ada subsidi seperti yang diterima oleh petani mendapatkan pupuk dan benih bersubsidi. Untuk urusan pejualan, banyak dari pembudidaya ikan yang bingung ketika ikan sudah waktunya panen. Bahkan merasa sangat terbantu oleh bakul yang memanen ikan walau dibayar sebulan kemudian.
Pellet ikan yang menjadi sumber pakan bagi ikan terus mengalami peningkatan harga seiring dengan meningkatnya harga bahan baku penyusunnya. Hal tersebut yang menjadi pertimbangan bagi pembudidaya ikan pemula untuk melakukan kegiatan usaha dibidang budidaya ikan air tawar.
Kematian ikan ketika masa pemeliharaan menjadi momok yang menakutkan bagi pembudidaya ikan. Hal tersebut dikarenakan belum adanya pengetahuan yang cukup bagi pembudiya ikan mengenai pencegahan dan penanganan hama penyakit ikan yang dipelihara.
Bahkan ikan hasil panen bisa menjadi masalah ketika ikan tidak ada peminat atau bakul yang menghampirinya. Hal ini bisa menjadi trauma bagi pembudidaya pemula ketika hasil panen perdananya tidak terjual dengan harga yang diinginkannya.
Dalam ketidakpastian kegiatan berbudidaya ikan air tawar ini, penyuluh perikanan yang mendampingi pelaku utama di lapangan menjadi harapannya. Memberikan bimbingan teknis secara langsung dan memotivasi demi berlangsungnya usaha di bidang perikanan air tawar. Harapan yang dimiliki oleh penyuluh perikanan ini tidak bisa terwujud bila penyuluh tidak terus membekali diri dengan pengetahuan dan pengalaman guna menyelesaikan tantangan yang dihadapi sekarang ini. Sehingga persoalan benih, pakan, dan pemasaran bisa diselesaikan demi kemajuan Indonesia mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H