Lihat ke Halaman Asli

Teman pada Nikah, Kamu Kapan?

Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tulisan ini sedikit opini saja. Belum bisa memberikan standar yang baku tentang prosesi kehidupan yg 1 ini. Lain tempat dan budaya, lain status peserta menikah ( karena gak semua penikahan itu dilakukan antara pasangan yg masih lajang ), dan lain syarat yg harus dipenuhi untuk nikah, masing2 punya tradisinya sendiri. Dan karena bulan Juli, tengah tahun ini masa libur panjang, dan waktu yang paling tepat utk melangsungkan hajat tsb, maka nulis lah saya tentang ini. Saya sendiri beberapa hari ini melintasi jalan melihat banyak kenduri2an nikah. Khusus kali ini saya menuangkan sisi lain yang berhubungan dengan itu.

Menikah itu " misterius ", bisa memberi efek.

Diantara pertemanan kelompok pemuda ataupun  panglatu, bila ada salah satu yang melangsungkan hajatan, maka efek " pernikahan " pun akan datang menyusup sendiri. Dia membangun beberapa situasi mental bagi yang belum menikah. Yang  berpacaran, yang masih singel akan kenak jugalah biusnya. Bagi teman yang masih status berpacaran, bisa jadi akan mempertanyakan kembali rencana menikah. Karena sebenarnya menikah itu prestise dan sebuah pencapaian, dalam tanda petik. Belum nikah berarti secara cepat dianggap saja belum siap. Entah belum siap dari segi apa, pendapat akan disedarhanakan saja seperti itu. Adakah yang tiba2 putus pacaran gara2 menagih nagih kembali kapan merit seperti sahabatnya ? ya, bisa saja ada. Karena sekali lagi " menikah" itu soal marwah. Belum berani menetapkan waktu, berarti masih belum siap ( sepertinya begitu ). Memangnya enak ditodong dan gak bisa membuat kepastian. Bisa2 konflik dan menarik diri masing masing.

Lalu, menikah itu bisa saja karena takut dengan pemikiran2 orang banyak. Melihat teman dekat menikah, saudara menikah, lalu dilihat seputar lingkungan belum nampak tanda2 akan dilamar atau melamar bisa saja membangunkan singa tidur. Menegakkan kepala dan bertindak seperti seorang yang tidak mau kalah, gengsi belum juga nikah. Wajah yang sweet pun bisa berubah petak karena takut dianggap gak laku atau pribadi payah. Kalo ditanya apakah bisa menikah tanpa kenal persis karakter pasangan? Jawabnya, iya. Toh menikah itu cukup usia, cukup dalam nafkah, kesamaan akidah dan direstui keluarga sudah memenuhi persyaratan. Ya, itu sudah bisa dilangsungkan.

Menikah itu bukan Ivent Organizer hidup. Seperti sebuah schedule perusahaan bila tidak sesuai waktu akan ada hukumannya. Belum menikah diusianya karena masih mensortir atau menyelidiki lebih banyak lagi karakter berikut kelemahan-kekuatan pacar dan diri sendiri sebetulnya cukup tepat. Beberapa data pernikahan gagal dan akhirnya hrs berpisah sudah memberi pesan bahwa hari "H" menikah tu belum tentu ikatan yang lulus uji. Prosesinya mungkin saja sukses, namun Ruh nya masih harus dipertanyakan.  

" Teman pada nikah, kamu kapan...? "

Ini pertanyaan manusiawi untuk usia2 menikah, karena menikah itu Indah sejatinya. Ini kebahagiaan banyak pihak dan amanah agama. Memasuki fase baru bagi kehidupan pribadi dan keluarga adalah naik level dlm hidup. Kebanggan orangtua berpesta hajatan maupun kebahagiaan kedua belah pihak berbesan merupakan, sekali lagi " prestise". Ini keinginan yang luhur. Namun, bagaimana misalnya menikah bukan karena tertantang. Menikah bukan karena aneh belum juga memutuskan pilihan2. Dan menikah bukan karena sudah tidak kuat lagi dengan tekanan2 pihak luar. Menikah lah karena benar2 sudah siap bukan karena kesepian atau seperti ketinggalan bus Sibolga yang cepat2 harus disusul sblm makin jauh.

Jangan khawatir kalau hrs lambat menikah..

Menulis coretan ini sambil mendengarkan lagu dari Java Jive, " Menikah " dan terkenang sesuatu. Hhhe.. gk ada hubungannya ya..

Salam 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline