Lihat ke Halaman Asli

Adi Nugroho

Belajarlah kepada Nabi Nuh dan Nabi Yusuf dalam mempersiapkan masa depan...

Value Stream: Trik Mudah Melihat Pemborosan

Diperbarui: 8 Juli 2021   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ada masih ingat Value Stream? Metode ini adalah metode yang sangat jamak digunakan kisaran tahun 90an akhir. Setidaknya tahun ini adalah tahun awal ketika penulis mengenal metode value stream. 

Sebenarnya kalau mau dibahas cukup panjang, karena sebenarnya sebelum membahas value stream aslinya harus membahas tentang konsep system design. Tulisan ini sengaja ditulis dengan bahasan ringan tidak terlalu dalam. Karena membahas permintaan itu bisa sehari sendirian.

System design sebenarnya awalnya membahas tentang desain proses yang asalnya dari permintaan pelanggan, lalu dibreakdown dengan proses pendukungnya. 

Anda mengenal takt time? Contoh mudahnya, Anda mau jual mobil misalnya. Katakanlah kebutuhan di masyarakat misalkan 3000 unit sebulan. Atau anggap sebulan 30 hari maka Anda membutuhkan kapasitas supply 100 unit per hari. 

Jika Anda membuatnya, maka kapasitas Anda tinggal di bagi saja 100/8 jam (jika Anda bekerja 1 shift) atau kapasitas 12.5 mobil per jam. Ini adalah hitungan kasar. 

Anda bisa mengurangi atau melebihi tergantung kebutuhan dan strategy secara management. Contoh strategy misal Anda membuat kapasitas terpasang sedikit kurang, kalau butuh ya dilemburkan saja misal. Supaya karyawan sedikit, nggak ribet urusan ketenagakerjaan, misal. 

Ini adalah dasar dari takt time yang asal usulnya dari prinsip 7 habits, begin with end in mind, memulai dari akhir. Apapun yang menjadi keputusan itulah yang disebut design cycle time.

Permasalahan, kita tahu, misal dalam contoh di atas, yang namanya kendaraan itu macam-macam. Ada MPV, ada SUV, ada yang 4 wheel drive, ada yang 2 wheel drive, lalu mana yang akan dipilih? Menggambarkan proses utama adalah menggambarkan dari proses yang paling sering.

Kita mengenal dalam membangun prioritas, ada yang namanya make to stock, ada yang namanya assembly to order, ada make to order, ada yang engineering to order. 

Sederhananya gini. Katakanlah sebuah toko kelontong. Maka yang paling sering dibeli orang adalah rokok, itupun yang dibeli cuma merk-merk itu-itu saja. Maka hampir semua toko kelontong selalu punya rokok dan selalu punya stok. Dan seterusnya, tingkat priority akan semakin sedikit stoknya, sampai ada barang yang ia tidak menyetok, tapi akan melayani pelanggan jika ada pesanan. 

Dasar utama dari priority ini adalah tingkat permintaan yang tinggi, rendah variance nya. Dan seterusnya sampai barang yang tidak distok itu adalah barang yang paling rendah demand, variancenya paling tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline