Di era globalisasi ini banyak sekali tawaran-tawaran yang menggiurkan, semua dapat kita akses dan dapatkan dengan mudah. Hiburan masa kini memang mudah sekali kita temukan di mana-mana, bahkan hiburan tersebut tidak kenal umur dan waktu. Namun bagaimana kita sebagai seminaris yang akan menjadi calon wajah-wajah pemukaa agama.
Seminaris adalah seorang calon imam Katolik yang sedang menempuh pendidikan dan formasi di seminari. Seminari adalah lembaga pendidikan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan para calon imam dalam hal intelektual, spiritual, dan pastoral.
Selama masa pendidikan di seminari, seminaris diarahkan untuk menumbuhkan komitmen terhadap panggilan imamat, yang meliputi hidup selibat, pelayanan kepada umat, dan dedikasi penuh pada Gereja Katolik. Setelah menyelesaikan pendidikan ini dan dianggap layak oleh Gereja, seminaris akan ditahbiskan menjadi imam Katolik.
Namun bagaimana kita sebagai seminaris menanggapi globalisasi mungkin adalah hal yang sulit. Kadang kala kita jenuh akan panggilan kita untuk berproses menjadi seorang imam Katolik, banyak sekali aturan yang memberatkan kita untuk mematuhi aturan tersebut. Lalu kita akan berpikir, seandainya kita keluar dari panggilan ini pasti kita semua bisa menikmati hiburan yang sangat menyenangkan yang ditawari era globalisasi ini.
Kita semua manusia, seminaris pun manusia tidak bisa dipungkiri dan serta merta hidup kita selalu terarah kepada yang di atas saja. Kami para seminaris pun kadangkala selalu memikirkan hal duniawi, selalu mengandai-ngadi bagaimana seandainya jika saya tidak memilih menjadi seorang imam.
Hiburan memang hal yang menyenangkan, siapa orang tidak suka akan hiburan?. Hiburan tidak memandang usia dan waktu. Kita semua termasuk para seminaris boleh-boleh saja menikmati hiburan yang ada, namun kita harus mengenal waktu dan tidak boleh terlalu berlebihan menikmati hiburan serta kita harus sadar diri bahwa kita ini siapa.
Dalam refleksi saya acap kali saya selalu memikirkan akan permasalahan ini, saya selalu tergoda untuk menikmati hiburan-hiburan yang ditawarkan diluar sana. Lalu saya tersadar bahwa hiburan diluar sana hanyalah sesaat saja tidak abadi. Lalu saya sadar dan kembali lagi ke motivasi awal saya mengapa saya ingin menjadi seorang imam, dan saya tersadar bahwa kita semua manusia memiliki panggilannya masing-masing dan kita manusia memiliki komitmen yang harus dijalankan, jadi karena memang ini jalan panggilan yang sudah saya pilih maka sayang harus menyelesaikan jalan ini.
Berkeluarga, selibat, dan Tertahbis semua itu ada adalah panggilan. Allah tidak memaksa kita untuk melayani-Nya secara total dan seluruh tubuh, namun Allah menghendaki kita untuk berada di jalan panggilan kita masing-masing dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H