Lihat ke Halaman Asli

Segenap Tawa, Ucapan, Kopi dan Asap Tembakau

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rintihan malam menjelang fajar,..... tersayup selembar kain putih diantara wajah geliat. Ayam bertaji dengan suara nyaring yang memang terbiasa untuk bernyanyi di pagi dini hari. Tersirat untaian waktu yang berjalan menghabiskan sisa malam, dan bersegera berpusara.

Percakapan itu memang hangat, namun kosong, ibarat air yang di tuangkan dalam cangkir hitam pekat. Karena bualan-bualan itu seolah tanpa makna, akan tetapi di tujukan untuk sebuah makna. Enam jam terpikat oleh kenikmatan asap tembakau dan pekat kopi hitam, disela obrolan.

Berharap ada sebuah nilai kebenaran tertuang, walau ada senda gurau. Namun, dalam berujar rasa khawatir dan takut menyelimuti kedinginan hati yang dalam. Salahkah jika berujar kebenaran, yang memang belum pasti dan memang belum termiliki secara utuh, baik dari hati, lisan maupun perbuatan.

Alangkah lucunya negeri ini, jika hanya bisa berujar tanpa mampu beraksi, sehingga menjadi sebuah aplikasi pasti.

Hanya satu dalam pinta, bila ini adalah kebenaran adalah haknya untuk mendaptkan kebenaran. Bila kesalahan dalam berujar, ia  adalah  insani yang merasa bodoh dan lemah di hadapanNya......

Syukur dan Ampunan dalam keabadian hidup.

Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline