Lihat ke Halaman Asli

Adi Ngongo

Guru/Penulis/Penerjemah

Memeriksa Implementasi Teori dan Praktek di SMK

Diperbarui: 23 November 2023   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah institusi Pendidikan level menengah yang secara khusus mempersiapkan anak didiknya untuk siap masuk ke dunia kerja. Istilah SMK pertama kali diperkenalkan dalam Surat Keputusan Mendikbud Nomor 0409/U/1992 sehingga tidak ada lagi yang disebut Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMKTA). 

Keputusan ini mendefinisikan SMK sebagai bentuk satuan Pendidikan menengah yang dilaksanakan untuk melanjutkan dan meluaskan Pendidikan dasar serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesionalisme.

Dalam perkembangan terkini, tujuan SMK mengalami perluasan. Anak didik tetap difokuskan untuk siap kerja. Namun masih dibuka ruang bagi anak didik untuk juga melanjutkan ke perguruan tinggi dan berwirausaha. Kini dikenal istilah BMW (Bekerja, Melanjutkan dan Wirausaha). Ini berarti bahwa tamatan SMK makin luas cakupan masa depan yang dapat dinikmatinya.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan SMK adalah menghasilkan tenaga kerja terampil yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan persyaratan dunia kerja, serta mampu mengembangkan potensi diri dalam mengadopsi dan mengadaptasi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa kata kunci yang menjadi pegangan dalam penyelenggaraan Pendidikan di SMK. Pertama, terampil dan siap kerja. SMK Mempersiapkan tamatannya untuk mampu bersaing di dunia kerja dengan bekal keterampilan yang dimilikinya. Kedua, profesional. Tamatan SMK memiliki kompetensi dan karakter yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Ketiga,  adaptasi. Tamatan SMK terus belajar dan meningkatkan kompetensinya dengan mengadaptasi berbagai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi  dan seni sesuai dengan kompetensi yang digelutinya.

Terampil butuh proses

Kunci utama Pendidikan di SMK adalah terampil. Dalam istilah kekinian kompeten. Seorang tamatan SMK seyogyanya harus terampil (skillful). Jika ia menyelesaikan Pendidikan di Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan maka keterampilannya terkait dunia otomotif sudah baik. Andai tamat dari kompetensi keahlian Kelistrikan maka keterampilannya terkait dunia kelistrikan sudah mantap. Ia bisa menyelesaikan masalah kelistrikan rumah tangga atau bahkan pada kelistrikan gedung. Andai tamat dari kompetensi pemasaran maka seyogyanya keterampilannya dalam memasarkan barang dan jasa sungguh nampak.

Untuk sampai pada level terampil, perlu melalui tahapan pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang di bangku Pendidikan. Untuk siswa otomotif contohnya, ia harus dilatih untuk secara langsung mengalami proses identifikasi masalah dan perbaikan kendaraan yang bermasalah. Karena itu ia perlu dilatih terlebih dahulu di bengkel sekolah tentang berbagai keterampilan kendaraan bermotor. Lalu dilanjutkan dengan Latihan saat menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada berbagai DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) yang tersedia.

Di sini persisnya perlunya pengadaan alat dan bahan untuk memastikan bahwa praktek dijalankan dengan baik. Harus ada kesadaran bahwa keterampilan dapat dibangun dari pengalaman riil yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap anak didik. Bahan dan alat praktek merupakan keharusan yang tak pernah boleh kurang ketersediaannya di bengkel. Hanya dengan ketersediaan bahan dan alat dengan dukungan guru yang kompeten yang memastikan proses transfer pengetahuan dan keterampilan berjalan dengan baik.

Dalam praktek tak boleh ada istilah bahan mubazir. Karena fokus pendidikan di SMK adalah mempersiapkan generasi siap kerja. Mereka dalam proses berlatih. Ketika berlatih, try and error adalah hal biasa. Tidak bisa menuntut anak didik untuk langsung terampil pada saat awal berlatih. Karena itu jika mereka salah dan keliru berpraktek sehingga produk yang dihasilkan seakan tak bernilai, itu tidak boleh menjadi alasan untuk menghentikan penyediaan bahan dan alat. Karena anak didik sudah mencapai tujuan utama penyelenggaraan Pendidikan SMK yaitu belajar/berlatih. Kegagalan/ketidaksempurnaan pada awal adalah kelumrahan yang terjadi pada setiap pembelajar pemula.

Selain itu, harus juga ada kesadaran bahwa kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ada anak didik yang dilatih satu kali dan langsung terampil. Tak dipungkiri juga anak didik yang butuh latihan lebih dari satu kali atau berkali-kali baru terampil. Nah, anak-anak dengan kecepatan belajar yang rendah yang membutuhkan waktu dan bahan lebih banyak mesti dipahami sebagai konsekuensi dari sebuah proses pembelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline