Lihat ke Halaman Asli

adinda zukhria

Sebagai mahasiswa di Universitas Airlangga

Inovasi Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Manfaat Terapeutik pada Penyakit Jantung Koroner dan Obesitas

Diperbarui: 25 Juni 2024   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Moringa oleifera juga disebut sebagai "pohon kehidupan" atau "pohon ajaib" karena kesehatannya yang luar biasa, kandungan nutrisinya yang tinggi, dan efek menguntungkannya terhadap lingkungan. Lebih dari 300 penyakit dapat diobati dengan Moringa oleifera dan dianggap sebagai obat mujarab sehingga sangat cocok sebagai  obat karena mengandung fitokimia.

Karena nilai gizinya yang tinggi dan kemampuannya melawan penyakit. Daun kelor  kaya akan unsur antioksidan  yang berkontribusi pada mekanisme yang mendasari efek terapeutiknya, termasuk tanin, steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin, antrakuinon, glikosida, polifenol, karotenoid, vitamin C (asam askorbat), alkaloid, dan bahan aktif lainnya senyawa menghasilkan metabolit sekunder.

Tingginya konsentrasi  antioksidan pada kelor, seperti vitamin C, flavonoid, dan polifenol,  membantu tubuh melawan stres oksidatif dan mengurangi peradangan. Sifat hepatoprotektif dan kardioprotektif kelor didukung oleh adanya bahan kimia tertentu seperti glukosinolat dan isothiocyanates, menjadikannya tanaman yang menjanjikan untuk berbagai aplikasi medis seperti penyakit kardiovaskular dan obesitas.
 

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak air Moringa oleifera dapat membalikkan disfungsi jantung yang disebabkan oleh kalium bromat pada tikus karena sifat anti-inflamasi dan antioksidannya, dan kandungan kalorinya yang rendah memiliki efek anti-obesitas. sedangkan, polifenol yang terdapat dalam Moringa oleifera telah dipelajari untuk memodulasi biogenesis mitokondria, potensi membran mitokondria dan rantai transpor elektron, jalur sinyal mitokondria (intrinsik) status oksidatif dan apoptosis.

Pasien dengan penyakit jantung kronis, penyakit inflamasi, dan penyakit hipertensi dapat memperoleh manfaat dari komponen fenolik yang diekstraksi. Senyawa fenolik telah dilaporkan sebagai agen antikanker, antioksidan, dan  antibakteri. Flavonoid, saponin, tanin, glikosida, dan terpenoid yang ditemukan dalam daun kelor yang diekstraksi alkohol  semuanya telah terbukti menjadi agen terapi yang efektif.
 

Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang mempunyai fungsi penting sebagai antioksidan, yaitu:
  (1) Mencegah (menghilangkan) radikal bebas.
  (2) Pengikatan ion logam.
  (3) Penekanan enzim penyebab radikal bebas.
  (4) Mendorong pembentukan enzim antioksidan dalam tubuh

Bukti saat ini menunjukkan bahwa fenol dan flavonoid merupakan antioksidan yang lebih efektif dibandingkan vitamin C atau E atau karotenoid. Oleh karena itu, tanaman yang mengandung  senyawa fenolik dalam jumlah besar diduga memiliki efek positif bagi kesehatan dengan melawan stres oksidatif sehingga mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner.

Singkatnya, parameter biokimia dan bukti histologis dari penelitian  Lamia Mabrouki dkk. menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun M. oleifera berperan efektif dalam mengobati obesitas dan meringankan gangguan kardiometabolik. Efek terapeutik yang sangat baik ini terutama disebabkan oleh banyaknya nutrisi yang meningkatkan kesehatan dan senyawa fenolik yang terkandung dalam tanaman ini. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengisolasi senyawa bioaktif ekstrak daun kelor, menyelidiki peran terapeutik mekanistiknya, dan  menghindari kemungkinan efek toksik.
  

Selain itu, ekstrak daun kelor terbukti mampu menurunkan biomarker kerusakan jantung (LDH dan CK-MB). Perubahan ini konsisten dengan penurunan ekspresi mRNA caspase-3, peningkatan ekspresi mRNA PGC-1 dan Nrf2, dan peningkatan jumlah salinan DNA mitokondria. Ekstrak daun kelor memperbaiki kardiotoksisitas yang diinduksi doksorubisin dengan mengurangi apoptosis dan memulihkan ekspresi gen PGC-1 dan Nrf2, yang antara lain merupakan pengatur penting biogenesis mitokondria.
  

Di Indonesia, pemanfaatan dan pengolahan daun kelor masih belum meluas. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui manfaat daun kelor untuk kesehatan, masyarakat kurang memiliki informasi dan antusiasme terhadap penggunaan daun kelor, serta daun kelor memiliki ciri khas bau yang tidak sedap, hal ini disebabkan karena masih sedikitnya masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi daun kelor. Hal ini memerlukan inovasi pengolahan daun kelor menjadi  produk yang dapat diterima masyarakat agar tubuh dapat memanfaatkan kandungan nutrisinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline