Lihat ke Halaman Asli

Desa Sukalaksana Tawarkan Liburan Lupakan Gadget

Diperbarui: 5 Januari 2018   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang ini, anak-anak di kota lebih sering menghabiskan waktunya berkutik dengan gadget dibandingkan bermain di luar. Keponakan saya saja sudah harus memakai kacamata sejak berumur delapan karena berjam-jam menatap layar tablet.

Selain mengganggu kesehatan mata, bermain gadget juga membuat anak cenderung lebih malas. Mereka lebih suka berada di dalam rumah, duduk atau hanya berleha-leha di atas kasur sambil memainkan gadget, dan akhirnya berujung pada obesitas. Beda dengan anak-anak yang tinggal di pedesaan yang lebih sering bermain dengan teman sebayanya sehingga mereka pun lebih aktif dan banyak bergerak.

Kegemaran anak-anak berkutik dengan gadget ini merebut perhatian para psikolog dan pemerhati pendidikan Indonesia. Menyadur dari CNNIndonesia, kurangnya lahan di kota-kota besar dianggap sebagai alasan utama anak-anak di perkotaan cenderung "mengurung diri" dan tak mengenal permainan tradisional.

Agaknya, takkan mungkin salah untuk mengajak adik-adik, keponakan, atau anak kita berlibur ke sebuah desa yang akan memperkenalkan kegiatan di luar ruangan yang tak kalah seru dan mengasyikkan dibandingkan berbagai mainan di gadget. Bila kamu mencari desa yang menawarkan kegiatan seperti ini, ada sebuah desa di Jawa Barat, tepatnya Kabupaten Garut. Namanya Desa Sukalaksana atau lebih dikenal Desa Wisata Ciburial, lokasinya di Kecamatan Samarang.

Di sini, kamu bisa bermalam di salah satu dari 25 warga yang dijadikan homestay untuk para pengunjung. Masalah harga, murah saja. Menginap satu hari akan merogoh kocek Rp25.000, sedangkan sekali makan hidangan khas Jawa Barat yang disajikan si empunya rumah merogoh kocek Rp15.000/orang.

Di sini anak-anak bisa bermain egrang, bakiak, gatrik, menangkap ikan di sungai, berlatih pencak silat, dan merawat domba Garut. Anak-anak dan orang tuanya juga bisa bergotong royong membantu menjalani kegiatan sehari-hari warga setempat seperti mencangkul di sawah, memancing, dan membuat beragam kerajinan dan makanan kecil khas Jawa Barat.

Dalam sebulan, kata Oban yang berperan sebagai lurah desa tersebut, terdapat hampir 300 sampai 400 pengunjung yang ingin menginap di Desa Sukalaksana. Berkat konsep berwisata unik yang ditawarkan desa ini, pengunjung-pengunjung tak berasal dari Jakarta saja, tapi juga dari luar Jawa.

Sebelum Desa Sukalaksana menjadi desa wisata dan dikenal seperti sekarang ini, Oban terlebih dahulu membuat proposal konsep desa wisata. Setelah proposal konsep desa wisata ini memperoleh dukungan dari Camat Samarang, Oban mengajukannya kepada Pemerintah Kabupaten Garut pada 2009 untuk dievaluasi oleh Pemda dan Chevron Geothermal Indonesia Ltd., yang memegang hak milik atas wilayah konsesi panas bumi tidak jauh dari Desa Sukalaksana.

Manajemen Chevron setuju membantu Oban serta Pemda mengembangkan Desa Sukalaksana menggunakan alokasi dana Social Investment Program setelah diskusi yang berlangsung cukup lama. Keputusan menyetujui proposal ini diambil karena, ujar Tig Julianto selaku Communication Engagement Specialist Chevron, konsep yang diajukan oleh Oban bermanfaat bagi masyarakat desa setempat.

"Kami galau dengan banyaknya pengembangan wisata di daerah ini yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Oleh karena itu saat ada konsep yang menonjolkan aktivitas keseharian warga desa, kami dukung," ungkapnya.

Menggiurkan sekali ya. Boleh juga nih menjadi opsi destinasi wisata sebelum masa liburan semester ganjil sekolah usai atau di akhir pekan!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline