Yogyakarta - Bimbingan konseling menjadi sorotan penting dalam dunia pendidikan dasar di Indonesia. Layanan ini dinilai memiliki peran vital dalam mendukung perkembangan siswa secara akademik, emosional, sosial, dan kepribadian sejak usia dini. Para ahli pendidikan menekankan bahwa kehadiran konselor di sekolah dasar (SD) dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif serta membangun karakter anak.
Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
Anak-anak usia SD berada dalam tahap perkembangan yang sangat penting. Menurut teori Jean Piaget, pada fase konkret-operasional, mereka mulai memahami konsep logis tetapi masih membutuhkan bimbingan untuk mengelola emosi dan membangun hubungan sosial. "Perkembangan emosi yang sehat pada anak usia dini sangat memengaruhi kesuksesan mereka di masa depan," ujar John W. Santrock, pakar perkembangan anak (Santrock, 2020). Dengan bantuan layanan konseling, siswa dapat belajar mengenali dan mengelola emosi mereka sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.
Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan perilaku sosial yang lebih kompleks, seperti bekerja sama dengan teman sebaya dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi guru dan orang tua dalam memberikan arahan yang tepat. Selain itu, masa ini merupakan waktu penting untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Bimbingan konseling dapat membantu siswa memahami pentingnya menghormati orang lain, bersikap jujur, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Fungsi Utama Bimbingan Konseling
Bimbingan konseling di SD memiliki tiga fungsi utama: pengembangan, preventif, dan kuratif. "Layanan ini tidak hanya membantu siswa mengatasi masalah, tetapi juga mencegah timbulnya gangguan yang dapat memengaruhi pembelajaran mereka," ungkap Sugiyo dan Daryanto dalam bukunya (Sugiyo & Daryanto, 2019). Selain itu, konseling juga membantu siswa mengenali bakat dan minat mereka, sehingga mampu mengarahkan diri ke masa depan yang lebih cerah. Melalui fungsi pengembangan, konselor dapat merancang program yang mendukung pengembangan keterampilan sosial, komunikasi, dan pemecahan masalah siswa. Misalnya, dengan mengajarkan cara menyelesaikan konflik secara damai atau meningkatkan rasa percaya diri siswa melalui kegiatan yang melibatkan kerja sama tim.
Sementara itu, fungsi preventif bertujuan untuk mengidentifikasi potensi permasalahan sebelum menjadi lebih serius, seperti kesulitan belajar, tekanan emosional, atau konflik antar siswa. Fungsi kuratif berfokus pada membantu siswa mengatasi masalah yang sudah terjadi, baik dalam aspek akademik maupun personal, seperti menghadapi intimidasi atau mengatasi rasa cemas.
Pendapat Ahli dan Praktisi
Tokoh pendidikan dunia seperti Carl Rogers menekankan pentingnya pendekatan berpusat pada siswa. Ia percaya bahwa anak-anak memerlukan lingkungan yang mendukung untuk berkembang optimal. Pendapat serupa disampaikan oleh Dr. Intan Nurhaliza, konselor sekolah di Jakarta. Dalam wawancaranya, ia menjelaskan, "Bimbingan konseling membantu siswa membangun ketahanan diri dan memberikan mereka kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan baik dalam belajar maupun kehidupan sehari-hari"
Anny Sulastri, seorang akademisi, menambahkan bahwa layanan konseling harus menjadi bagian integratif dari pendidikan dasar. "Dengan pendekatan yang tepat, siswa dapat berkembang secara intelektual dan emosional sekaligus," jelasnya (Sulastri, 2019). Menurut Putri et al. (2022), layanan konseling yang efektif harus didukung oleh perencanaan yang matang dan pelibatan semua pihak, termasuk guru kelas, orang tua, dan pihak sekolah lainnya. "Keterlibatan semua pihak akan memastikan bahwa siswa mendapatkan dukungan yang holistik," tulis Putri dalam jurnalnya.
Dr. Mulyadi, seorang psikolog pendidikan, juga menyoroti pentingnya pendekatan yang ramah anak dalam bimbingan konseling. "Anak-anak harus merasa nyaman dan percaya pada konselor, sehingga mereka tidak ragu untuk berbagi masalah atau kekhawatiran mereka," katanya dalam sebuah seminar pendidikan tahun 2023.