Lihat ke Halaman Asli

Adinda SekarArum

Mahasiswi Universitas Airlangga

Upaya Generasi Milenidal dalam Meminimalisir Penyebaran Hoaks

Diperbarui: 18 Juni 2022   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi milenial merupakan generasi yang terkesan individualisme dan kurangnya rasa peduli. Namun, salah satu sisi positif pada generasi ini adalah mereka menjadi salah satu generasi yang mempunyai pikiran yang terbuka atau open minded dalam setiap aspek perubahan yang terjadi. Generasi ini mampu menerima dan menyaring berita maupun kritik dan saran di era tersebut. Generasi ini juga mampu mengekspresikan perasaannya, optimis, dan juga dapat menerima ide-ide baru. Media sosial bukan lagi hal baru bagi generasi milenial untuk melakukan interaksi dan komunikasi kepada sesama. Akan tetapi, Media sosial dapat menjadi media untuk menimbulkan beberapa permasalahan baik secara sadar maupun tidak sadar. Generasi Milenial adalah generasi yang tidak asing atau tidak jauh dari yang namanya teknologi dan juga internet, sehingga wajar apabila generasi ini lebih bisa dikatakan melek teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Sebagai generasi yang lahir dan besar di tengah berkembang pesatnya teknologi digital seakan tak mungkin untuk dilepaskan dari media sosial. Melalui media sosial sebagian masyarakat menimbulkan beberapa permasalahan baik secara sadar maupun tidak sadar. Hoax dan ujaran kebencian merupakan contoh dari beberapa masalah tersebut. Hal tersebut sangat umum didapati dan tentu tidak hanya terjadi dalam dunia nyata saja. Masalah tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat secara luas dan menyeluruh tentang etika media sosial dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Hoax dan ujaran kebencian merupakan contoh implikasi dari adanya kegiatan interaksi dan komunikasi tersebut. Kedua hal ini sangat umum ditemukan dan tentu tidak hanya terjadi dalam dunia nyata saja. Masalah tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat secara luas dan menyeluruh tentang etika media sosial dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Seiring berkembangnya zaman, teknologi tentu semakin maju yang menyebabkan adanya beberapa pola perubahan dalam berkomunikasi di mana Pratama (2017) menyatakan bahwa hampir semua orang menggunakan aplikasi chatting untuk saling memberi kabar dan informasi setiap harinya . Tentu kemudahan ini memberi ruang lebih untuk orang-orang bisa mengekspresikan ekspresinya yang bisa jadi secara tidak sadar maupun sadar ternyata menyakiti orang lain. Tidak hanya itu, informasi yang beredar pun akan lebih mudah tersebar dan validitasnya juga belum tentu teruji atau yang biasa disebut dengan hoax.

Kasus hoax dan ujaran kebencian bukanlah sesuatu yang baik dan hanya menimbulkan implikasi negatif, khususnya bagi sisi psikologis dari para korbannya. Putri (2019) menyatakan bahwa ketika seseorang melihat sebuah kabar hoax maupun ujaran kebencian, orang-orang tersebut bisa timbul perasaan kecewa, takut, dan benci pada orang yang terlibat dalam hoax tersebut padahal kebenaran dalam berita tersebut belum tentu benar. Selain itu, mereka bisa jadi merasa malu, marah, hingga mengalami traumatis saat melihat berita dan ujaran yang ada tersebut. 

Upaya yang dapat dilakukan antara lain melakukan sosialisasi yang diharapkan dapat mengurangi penyebaran hoax dan juga ujaran kebencian pada orang lain. Selain itu, generasi milenial juga dapat membuat forum atau grup diskusi untuk memerangi hoax dan ujaran kebencian di beberapa platform seperti facebook. Kegiatan yang akan berjalan pada grup tersebut adalah masyarakat dapat mengajukan pertanyaan apakah informasi yang mereka temukan termasuk hoax atau tidak, sambil melihat penjelasan yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota dapat saling membantu sehingga grup berjalan layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang. Hal utama yang dapat diterapkan salah satunya yaitu menggunakan perkataan yang baik dalam berbicara dan bersikap kritis dengan informasi yang valid, tujuan dari penyebaran berita yang tidak benar ialah menggiring sebuah opini yang dapat menimbulkan sebuah persepsi tidak benar. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline